Singa Nablus, Komandan Brigade Al-Aqsa Wafat Saat Israel Gempur Kota Nabulus
Berita Baru, Tepi Barat – Di saat konflik Palestina-Israel memanas, Komandan senior perlawanan bersenjata brigade Al-Aqsa, Ibrahim al-Nabulsi (30 tahun) atau yang dikenal dengan Singa Nablus terbunuh dalam serangan yang dilancarkan pasukan Israel di kota Nabulus, Tepi Barat.
Serangan itu terjadi saat tentara Israel mengepung sebuah bangunan di Kota Tua pada pukul 5 pagi waktu setempat (02:00 GMT) pada hari Selasa (9/8).
Saat itu, Ibrahim al-Nabulsi mencoba untuk mencegah pasukan Israel untuk menduduki Kota Tua. Baku tembak pun terjadi selama beberapa jam.
Selain al-Nabulsi, serangan Israel itu juga mengakibatkan 2 (dua) warga Palestina lainnya tewas, yaitu Islam Sabbouh (32 tahun) dan Hussein Jamal Taha, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Di samping itu, sedikitnya 40 warga Palestina lainnya dilaporkan mengalami luka-luka dengan 4 orang dalam kondisi kritis.
Gambar yang beredar di media sosial, serangan Israel tersebut menghancurkan bangunan-bangunan.
Seorang wartawan Al Jazeera yang meliput serangan tersebut, John Holman mengatakan bahwa sebelum terbunuh, al-Nabulsi dengan tegas “menolak untuk menyerah, dan dibela oleh orang Palestina bersenjata lainnya.”
“Ini bukan pertama kalinya pasukan Israel mencoba menguasai al-Nabulsi,” kata Holman. “Mereka mencoba beberapa kali, termasuk pada bulan Juli, dalam operasi besar-besaran lagi di mana dua orang lainnya meninggal.”
Ibrahim al-Nabulsi tercatat sebagai seorang buronan Israel. Selama berbulan-bulan ia selamat dari beberapa upaya pembunuhan oleh Israel.
Ia beberapa kali terlihat dalam pemakaman rekan-rekannya yang tewas, seperti pada bulan Februari dan Juli. Penampilannya terakhir pada Juli itu semakin meningkatkan kemarahan pasukan Israel.
Kematian Al-Nabulsi itu juga dikonfirmasi oleh tentara Israel dalam sebuah pernyataan.
“Teroris Ibrahim al-Nabulsi tewas di kota Nablus,” kata pernyataan tentara Israel, menambahkan bahwa “teroris lain yang tinggal di rumah itu” juga tewas.
Untuk diketahui, Brigade Martir al-Aqsa adalah sayap bersenjata dari kelompok gerakan Fatah, sebuah gerakan yang mengendalikan Otoritas Palestina, yang memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas di Tepi Barat.
Namun, Brigade Martir al-Aqsa adalah jaringan perjuangan yang tidak kaku, tanpa hierarki yang jelas, dan kelompok lokal sering bertindak sendiri.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina mengkonfirmasi kematian al-Nabulsi hampir satu jam setelah pembunuhannya, sehingga menghasilkan laporan yang saling bertentangan.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan al-Nabulsi bertelanjang kaki dan mengenakan seragam militer, dibawa oleh warga Palestina, ke Rumah Sakit Rafidia di Nablus, dengan luka tembak menganga di lehernya tetapi masih hidup.
Ratusan warga Palestina mengepung rumah sakit dan beberapa berhasil masuk ke dalam ruang operasi, berharap dia akan selamat. Yang lain membagikan wasiat al-Nabulsi, yang dia rekam dalam pesan audio beberapa jam sebelumnya.
“Jaga tanah air,” katanya. “Saya dikepung sekarang tetapi saya akan berjuang sampai saya menjadi martir. Aku sayang ibuku. Jangan tinggalkan pistolnya.”