Siap Sambut Piala Dunia U-20, Pemkot Surabaya Kebut Penanaman Pohon
Berita Baru, Jakarta – Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun 2023 mendatang.
Oleh sebab itu, dalam menyambut gelaran bergengsi tersebut Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus bergerak melakukan berbagai persiapan.
Salah satunya memasang geomembran dan mengebut penanaman pohon di di Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Agus Hebi Djuniantoro, menyebut pemerintah setempat akan melakukan upaya untuk mencegah bau yang ditimbulkan dari sampah di TPA Benowo.
Menurut Hebi bau itu berasal dari fermentasi sampah yang ada di tempat tersebut.
“Fermentasi itu menimbulkan gas metan dan sulfur, sehingga menyebabkan bau kurang sedap,” kata Hebi seperti dikutip dari laman Diskominfo Surabaya, Selasa (9/8).
“Nah, supaya tidak bau, maka kami melakukan berbagai hal supaya nanti di Piala Dunia U-20 tidak bau,” sambungnya.
Lebih lanjut, katanya, Pemkot Surabaya meminta pengelola PLTSa Benowo untuk menutup tumpukan sampah itu dengan geomembran, supaya gas yang ditimbulkan oleh sampah itu tidak keluar.
“Selama ini tumpukan sampah itu memang sudah ditutup geomembran, akan tetapi sudah ada yang sobek, makanya saat ini dipasangi lagi dan ditutup semuanya,” kata Hebi.
Hebi pun menegaskan, sampai sekarang pengerjaan pemasangan geomembran itu sudah lebih dari 50 persen dan ditarget awal September semua harus selesai.
“Sudah tertutup semuanya. Karena nanti akan ada inspeksi dari FIFA untuk mengecek hasil pengerjaan ini. Apalagi, kalau ditutup semuanya kan juga lebih cantik secara estetikanya,” tegasnya.
Pemkot, lanjut Hebi, juga meminta penambahan methane capture. Sehingga, di TPA Benowo ada pipa-pipa atau blower yang dipasang di bawah TPA yang bernama methane capture.
“Alat ini yang kemudian menangkap gas metan dari sampah-sampah itu lalu diolah di generator hingga akhirnya bisa menjadi energi listrik,” ujarnya.
“Nah, methane capture itulah yang kami minta untuk ditambah supaya lebih efektif lagi menangkap gas metan,” tambah Hebi.
Sementara itu, sampah-sampah yang baru datang atau sampah harian, diminta untuk disemprot terlebih dahulu oleh bakteri mikroorganisme untuk menyerap bau-bau yang ditimbulkan dari sampah baru tersebut.
“Jadi, ketika baru nyampek di TPA langsung kita semprot bakteri mikroorganisme, sehingga baunya tidak terlalu menyengat,” imbuhnya.
Tak hanya itu, jajaran pemkot juga akan terus memperbanyak penanaman pohon di sekeliling kawasan TPA. Green belt atau sabuk hijau itu ditanami berbagai macam pohon, mulai dari pohon bambu dan pohon besar lainnya.
Penanamannya dibuat bertingkat atau bershap. Nantinya pepohonan itu akan berbentuk tangga-tangga, dan sampah yang ada di TPA itu tidak akan terlihat dari jalan raya yang baru dibangun.
“Penanaman pohon itu sudah kami kebut sejak bulan lalu, dan saat ini sudah ada sekitar 3.500 lebih pepohonan yang kita tanam. Pohonnya pun bermacam-macam, sehingga nanti di kawasan TPA itu akan terlihat sangat hijau, dan bukan lagi tumpukan sampah,” pungkas Hebi.