Serangan Houthi ke Israel Membuka Front Baru di Konflik Timur Tengah
Berita Baru, Jakarta – Kelompok pemberontak Houthi dari Yaman baru-baru ini mengirimkan misil ke Israel, mengakibatkan ketegangan di Timur Tengah semakin meradang. Meskipun tujuan utama serangan ini terlihat ke Israel, analis menduga ada motivasi yang lebih dalam di balik aksi tersebut.
Menurut laporan Aljazeera yang dikutip Sabtu (11/11/2023), Mereka kemungkinan melancarkan serangan ini untuk meredam ketidakpuasan di internal Yaman terhadap kegagalan mereka dalam memberikan peluang ekonomi. Meskipun serangan tersebut tidak memberikan dampak besar pada Israel, namun dapat mempersulit diplomasi regional, terutama bagi Arab Saudi.
Dalam pernyataannya, juru bicara Houthi, Yahya Saree, menegaskan bahwa serangan tersebut dilakukan dengan tujuan “membantu Palestina meraih kemenangan.” Saree juga menambahkan bahwa serangan semacam ini akan menjadi lebih sering terjadi di masa mendatang.
“Serangan ini dilakukan untuk membantu Palestina meraih kemenangan. Kami berkomitmen untuk terus mendukung saudara-saudara kami di Gaza,” kata Yahya Saree.
Houthi Libatkan Negara Lain
Hal menarik dari pernyataan Houthi ini adalah penegasan bahwa konflik antara Hamas dan Israel kini melibatkan pihak-pihak dari berbagai negara, termasuk Yaman. Al Jazeera melaporkan bahwa Iran sebelumnya telah memperingatkan Israel bahwa jika konflik di Gaza tidak berakhir, akan muncul “front baru” yang akan bersatu dengan negara tersebut.
Berdasarkan pengamatan, Houthi dan Hizbullah dari Lebanon, kedua-duanya merupakan bagian dari Front Perlawanan yang diduga kuat mendapat dukungan dari Iran. Dengan masuknya Houthi dalam membantu Hamas, Israel dihadapkan pada situasi yang semakin kompleks, terutama dengan keberadaan Hizbullah di selatan Lebanon.
Profesor Thomas Juneau dari Universitas Ottawa menyoroti bahwa Houthi nampaknya tidak memobilkan seluruh kekuatannya dalam konflik ini. Namun, ia juga menekankan bahwa ancaman akan semakin serius jika Houthi bergabung dengan kelompok lain yang didukung oleh Iran, seperti Hamas, Jihad Islam, Hizbullah, dan kelompok milisi di Suriah.
“Perang multi-front seperti ini adalah skenario mimpi buruk bagi Israel.” – Prof. Thomas Juneau, Universitas Ottawa.
Sementara itu, jumlah korban di Palestina terus meningkat akibat agresi Israel. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sebanyak 10.790 warga Palestina tewas, termasuk 4.412 anak-anak dan 2.918 perempuan. Selain itu, 26.475 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober lalu.