Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Foto: AEOI Via AP.
Foto: AEOI Via AP.

Sentrifugal Canggih Iran Mulai Produksi Uranium Saat Diplomatnya Usulkan Pembicaraan



Berita Baru, Teheran – Iran akan memulai proses memasukkan gas ke dalam rangkaian sentrifugal canggihnya untuk peningkatan pengayaan uranium saat diplomatnya usulkan pembicaraan memulihkan kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) dengan kekuatan dunia.

Hal itu diungkapkan oleh Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Behrouz Kamalvandi pada hari Senin (1/8) melalui televisi pemerintah Iran, bahwa pihaknya mendapat perintah untuk mulai memasukkan gas ke dalam “ratusan” mesin IR-1 generasi pertama dan IR-6 canggih.

Ia juga mengatakan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) diberitahu tentang langkah tersebut.

Menurut Kamalvandi, langkah tersebut sejalan dengan undang-undang parlemen Desember 2020 yang menuntut peningkatan pengayaan uranium menggunakan mesin canggih sampai sanksi sepihak Amerika Serikat (AS) dicabut.

Menurut laporan dari Al Jazeera, pengumuman itu terjadi beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan Iran sedang meninjau apa yang disebut sebagai teks akhir yang diusulkan oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pekan lalu untuk “menyimpulkan” negosiasi yang dimulai di ibukota Austria pada April 2021.

“Kami telah mengumumkan kesiapan kami sehingga dalam waktu tertentu delegasi Iran, 4+1 dan AS – secara tidak langsung – dapat menindaklanjuti pembicaraan mereka di Wina untuk mengejar hasil,” kata Amirabdollahian mengacu pada pihak kesepakatan nuklir yaitu China, Rusia, Prancis, Jerman, dan Inggris.

Negosiasi di Wina untuk memulihkan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), sebagaimana kesepakatan itu secara resmi dikenal, ditunda pada bulan Maret setelah sebagian besar masalah diselesaikan, hanya menyisakan beberapa poin berdampak yang tersisa yang perlu diputuskan secara politik.

Tetapi negosiasi tidak langsung antara Iran dan AS sejak itu terhenti, dan putaran pembicaraan dua hari di Qatar pada akhir Juni juga berakhir tanpa kemajuan.

Masih belum jelas apakah AS dan sekutu Eropanya akan menyetujui putaran baru pembicaraan sementara Uni Eropa telah menyerukan keputusan politik akhir pada teks yang diusulkan.

Sementara itu, menteri luar negeri Iran pada hari Senin menegaskan kembali bahwa Iran ingin “garis merah” dipertimbangkan dalam kesepakatan potensial, yang katanya dapat terwujud jika AS menunjukkan “fleksibilitas” dan pendekatan “realistis”.

Selama konferensi di New York pada hari Senin (1/8) yang bertujuan untuk meninjau pihak-pihak dalam Perjanjian Non-Proliferasi (NPT), Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan JCPOA yang dipulihkan tetap merupakan “hasil terbaik” untuk nonproliferasi global.

AS secara sepihak meninggalkan kesepakatan nuklir Iran pada 2018 di masa pemerintahan Presiden Donald Trump. AS langsung menjatuhkan sanksi keras kepada Iran.

Sanksi pun hingga kini diperluas pada pemerintahan Presiden Joe Biden dimana pihaknya memberlakukan sanksi baru pada hari Senin untuk menargetkan ekspor petrokimia Iran.

Langkah baru Presiden Joe Biden tersebut mendapat kecaman dari kementerian luar negeri Iran sebagai kelanjutan dari “kebijakan tekanan maksimum AS yang gagal”.