Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Seniman Kongo Melukis Potret Politisi dengan Menggunakan Plastik

Seniman Kongo Melukis Potret Politisi dengan Menggunakan Plastik



Berita Baru, Internasional – Seorang seniman Republika Demokratik Kongo bernama Patrick Cikuru Cirimwami mengarungi tumpukan botol plastik setinggi lutut, mengambil sebanyak yang dia bisa bawa ke dalam karung besar.

Hal itu ia lakukan karena tidak ada pengumpulan sampah publik di daerahnya dan sampah yang berakhir di Danau Kivu tempat yang dekat dengan lokasi pemungutan sampah itu. Sampah-sampah kerap menyebabkan kerusakan pada pembangkit listrik tenaga air, yang menyebabkan pemadaman listrik sering terjadi.

Seniman Kongo Melukis Potret Politisi dengan Menggunakan Plastik
Doc Reuters

Setelah selesai memungutinya, Cikuru Cirimwami akan mencairkan plastik-plastik itu untuk membuat cairan kental yang dia gunakan untuk melukis potret politisi.

Lukisan dengan plastik itu dimaksudkan sebagai kecaman atas apa yang dia katakan sebagai kelambanan mereka dalam melindungi lingkungan.

Seniman Kongo Melukis Potret Politisi dengan Menggunakan Plastik
Doc. Reuters

“Ada banyak konferensi di DR Kongo, banyak pertemuan tapi kami belum mengambil tindakan untuk melindungi alam. Sebagai seniman Kongo, saya bisa menyampaikan pesan,” kata pria berusia 26 tahun itu, sebagaimana dilansir dari Reuters, Kamis (5/1/23).

Bulan lalu, potret seniman tokoh politik, mulai dari pemimpin kemerdekaan Patrice Lumumba hingga presiden saat ini Felix Tshisekedi, dipajang di sebuah pusat budaya di kampung halamannya, Bukavu.

Kongo, seperti negara-negara Afrika lainnya, telah menuntut haknya untuk mengembangkan ekonominya dengan mengeksploitasi sumber daya alamnya yang melimpah.

Hal ini mendapat kecaman karena menempatkan blok pelelangan minyak di hutan hujan terbesar kedua di dunia. Meskipun pihak terkit telah berjanji untuk meminimalkan dampak yang berpotensi merusak dengan menggunakan metode pengeboran modern dan regulasi yang ketat.

Negara yang menjadi tuan rumah pembicaraan sebelum KTT iklim COP 27 November itu juga meminta negara-negara kaya untuk menghormati janji kepada negara-negara berkembang untuk memastikan keuangan yang adil untuk memerangi perubahan iklim.