Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Perdana Menteri Israel Nafali Bennet dan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Foto: Twitter Naftalli Bennet.
Perdana Menteri Israel Nafali Bennet dan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Foto: Twitter Naftalli Bennet.

Semakin Mesra, PM Israel Naftali Bennett Melakukan Kunjungan Mendadak ke UEA



Berita Baru, Abu Dhabi – Perdana Menteri Israel Nafali Bennet melakukan kunjungan mendadak ke Uni Emirat Arab pada Kamis (9/6) di tengah upaya keras Israel untuk menyelamatkan kesepakatan atas program nuklir Iran yang masih buntu.

Kunjungan PM Bennett tersebut adalah perjalanan publik keduanya ke Abu Dhabi sejak Israel dan UEA secara resmi menormalkan hubungan pada tahun 2020 dengan melakukan kerja sama secara diam-diam.

Sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel mengatakan pemimpin Israel itu akan bertemu dengan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan dan bahwa keduanya akan membahas “berbagai masalah regional,” dengan pembicaraan mengenai Iran kemungkinan akan menjadi agenda utama.

“Saya baru saja menyelesaikan pertemuan penting dengan teman saya, Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Muhammad bin Zayed di istananya di Abu Dhabi. Hubungan semakin erat,” kata PM Bennet di Twitter, Kamis (9/6).

“Kami membahas secara mendalam isu-isu regional. Kami berdua memiliki tujuan yang sama: Timur Tengah yang aman dan sejahtera. Kami akan terus melakukannya,” imbuhnya.

Dalam pernyataan video yang direkam sebelum berangkat, PM Bennett memuji negara-negara pada pertemuan Badan Energi Atom Internasional di ibukota Austria, Wina, yang dilakukan pada Rabu dengan memilih untuk mengecam Iran atas transparansinya tentang kegiatan nuklir.

“Kami melihat di sini sikap tegas negara-negara di dunia mengenai perbedaan antara yang baik dan yang jahat, karena mereka dengan jelas menyatakan bahwa Iran menyembunyikan banyak hal. Kami tidak akan membiarkan masalah ini,” katanya sebelum naik pesawat ke UEA.

IAEA mengatakan pada hari Kamis (9/6) bahwa Iran berencana untuk meningkatkan pengayaan uraniumnya.

Iran dan kekuatan dunia pada 2015 menyetujui kesepakatan nuklir, yang membuat Iran secara drastis membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.

Akan tetapi, pada tahun 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump secara sepihak menarik AS dari perjanjian itu dan meningkatkan sanksi terhadap Iran. Langkah AS ini kemudian menuai banyak masalah.

Iran pun dengan cepat menambang urainumnya hingga mencapai volume yang memungkinkan Iran memproduksi nuklir.

Mendasari hubungan UEA-Israel adalah keprihatinan bersama atas jangkauan nuklir Iran di wilayah tersebut.

Israel mengatakan pihaknya bertekad untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, sementara Iran menegaskan program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai.

Israel sangat menentang perjanjian nuklir Iran 2015, dengan mendorong dunia untuk melakukan pembatasan yang lebih ketat pada program nuklir Iran dan membahas program rudal jarak jauh Iran yang dapat ‘dengan mudah’ mengancam Israel.

Pembicaraan di Wina mengenai kesepakatan nuklir Iran yang compang-camping telah terhenti sejak April. Belasan pertemuan kekuatan dunia seakan sia-sia dan tak menghasilkan kesepakatan apa-apa.

Israel dan UEA mengumumkan pada Agustus 2020 bahwa mereka telah setuju untuk mencairkan hubungan di bawah perjanjian yang ditengahi AS yang dikenal sebagai “Kesepakatan Abraham,” yang melihat kesepakatan serupa dicapai dengan Bahrain, Maroko dan Sudan.

Sejak itu, Israel dan UEA telah memperdalam hubungan di bidang pariwisata dan perdagangan, yang membuat cemas orang-orang Palestina yang telah lama mengandalkan tembok dukungan Arab untuk dijadikan sebagai pengaruh melawan pendudukan Israel. Pada akhir Mei 2022, Israel menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan UEA, perjanjian perdagangan besar pertamanya dengan negara Arab dan sebuah langkah yang bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antara kedua negara.