Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Sebelum Terlambat, Dokter Spesialis Anak Minta Orang Tua Waspadai Gejala TBC Berikut
Foto: Ilustrasi

Sebelum Terlambat, Dokter Spesialis Anak Minta Orang Tua Waspadai Gejala TBC Berikut



Berita Baru, Jakarta – Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta, Dimas Dwi Saputro menekankan beberapa gejala tuberkulosis (TBC) yang perlu diwaspadai ketika terjadi pada anak.

Beberapa diantara gejala berat TBC tersebut diantaranya termasuk demam dalam waktu lama dan berat badan turun. Selain itu, batuk lebih dari dua pekan yang tak kunjung sembuh meski sudah diobati.

“Demam lama lebih dari dua pekan. Demamnya tidak tinggi tapi lebih dari dua pekan. Yang kedua batuk lebih dari dua pekan sudah diobati tapi tidak kelar-kelar,” kata dr. Dimas dalam diskusi Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dipantau virtual di Jakarta, Kamis (5/1).

Selain itu, gejala lain anak telah terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC adalah berat badan yang terus turun selama periode dua bulan lebih meski sudah dilakukan perbaikan gizi.

Gejala lain adalah anak mudah lemas dan lesu yang menyebabkan berkurangnya aktivitas. “Kalau ada empat gejala ini, sudah coba diintervensi tapi tidak ada hasilnya, kita harus berpikir jangan-jangan ada TBC pada anak ini,” jelasnya.

dr. Dimas menyeramkan, ketika anak mengalami beberapa gejala tersebut maka selanjutnya dapat melakukan screening atau penapisan untuk memastikan kondisinya. 

Menurut penuturan Dimas, perlu juga dilakukan pemeriksaan bagi anak yang tinggal dengan penderita TBC yang sudah terkonfirmasi.

“Pemeriksaan juga perlu dilakukan oleh anak yang sering melakukan kontak erat dengan penderita TBC, meski tidak tinggal serumah,” katanya.

TBC sendiri dapat tertular kepada melalui droplet atau cairan air liur yang dapat bertahan di udara minimal empat jam. Penularan kebanyakan terjadi dari orang dewasa kepada anak.

Semakin Muda Usia Anak, Peluang TBC Gejala Berat Semakin Tinggi

Pada kesempatan itu Dimas menyebut, semua anak memiliki risiko tertular yang sama. Namun, peluang terinfeksi dengan timbul gejala atau TBC aktif berbeda di masing-masing kelompok usia.

“Usia di bawah 2 tahun itu risiko TBC berat sangat tinggi dibandingkan anak di atas usia 2 tahun sampai usia 5 tahun,” katanya.

Menurut dia risiko sakit TBC mulai turun di usia di atas 5 tahun sampai dengan 10 tahun. Tapi ketika anak berusia di atas itu maka risiko TBC dapat meningkat kembali.

“Kesimpulannya, semakin muda anak semakin berat gejala TBC yang bisa diterima dan kalau sudah gejala TBC berat itu bisa ke otak,” tegas dr. Dimas.

Diketahui, pentingnya penemuan kasus TBC juga menjadi fokus Kementerian Kesehatan, yang menargetkan penyakit itu dapat tereliminasi dari Indonesia pada 2030.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada November 2022 lalu menargetkan mulai Januari 2023 pemeriksaan TBC bisa mencapai 60.000 kasus per bulan.

Kemenkes mencatat bahwa pada 2021 dari target 969 ribu angka TBC baru terdapat 50-60 persen kasus yang ditemukan atau sekitar 500-600 ribu kasus.