Save the Children: Anak-anak Rusia Mengalami Bullying
Berita Baru, Internasional – Organisasi hak asasi manusia Save the Children melaporkan adanya perilaku bullying terhadap anak-anak Rusia. Mereka, di antaranya mendapat sebutan sebagai “mata-mata Rusia” dan “teman Putin”.
Save the Children, seperti dilansir dari Sputnik News, memperingatkan adanya pelecehan verbal secara online, di mana kebencian langsung dan ejekan tidak langsung terhadap orang Rusia diungkapkan.
Sebagai akibat dari operasi berkelanjutan Moskow di Ukraina, anak-anak keturunan Rusia berusia lima tahun dibully oleh teman sekelas mereka, TV2 melaporkan.
“Kita bisa melihat bahwa ini adalah masalah besar. Mereka takut diantar ke sekolah di pagi hari dan mengaku sakit perut,” kata penasihat senior Save the Children Jon Kristian Lange kepada TV2.
Sementara organisasi tersebut tidak memiliki angka konkret tentang kasus intimidasi, mereka telah mengamati peningkatan yang jelas. Save the Children, seperti dilansir dari Sputnik News, juga mendapat keluhan orang tua tentang masalah ini, dan oleh karena itu organisasi tersebut melakukan pendekatan kepada sekolah dan institusi untuk meningkatkan kesadaran dan mencegah anak-anak keturunan Rusia agar tidak dipermalukan.
Menurut Save the Children, tren serupa terjadi selama krisis COVID-19, ketika anak-anak asal Asia diintimidasi, karena kasus pertama virus tersebut tercatat di kota Wuhan di China.
Salah satu sekolah tempat anak-anak Rusia mendapat perlakukan bullying adalah Bankagerkolen di kota Horsens.
“Kami memiliki beberapa episode di mana seorang gadis menerima ejekan menjadi mata-mata Rusia atau teman Putin,” kata guru Lola Møldrup Hansen sambil menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman.
Menurut Vibeke Stensgaard, yang merupakan pengawas kesehatan di Bankagerkolen, komentar negatif saja dapat menciptakan rasa tidak aman dan kekhawatiran di antara anak-anak asal Rusia. Oleh karena itu, perilaku sehari-hari untuk menciptakan komunitas yang aman adalah penting.
Save the Children juga memperingatkan hal-hal negatif di platform digital, di mana kebencian langsung dan ejekan tidak langsung terhadap Rusia diungkapkan.
“Salah satu hal yang perlu difokuskan adalah ejekan aneh secara online tentang menjadi orang Rusia, seperti menari jelek seperti orang Rusia atau meme di mana orang terlihat jahat seperti orang Rusia,” kata Lange.
Pada 24 Februari, Rusia melancarkan operasi militer yang oleh Valimir Putin disebut untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina, menanggapi seruan bantuan dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk. Barat membalas dengan sanksi besar-besaran yang menargetkan semua bidang kehidupan mulai dari keuangan dan teknologi hingga barang-barang konsumen. Sentimen anti-Rusia terus dikobarkan dengan upaya komprehensif, di antaranya membatalkan atlet Rusia, seniman dan tokoh budaya Rusia dari acara internasional.