Sam Levinson Tanggapi Kritik Film ‘Malcolm & Marie’
Berita Baru, Film – Sejak tayang di Netflix, film hitam-putih berjudul ‘Malcolm & Marie’ sudah menyedot perhatian penonton. Tak hanya pujian, kritik-kritik keras pun bertebaran dari mana-mana. Ada dua poin utama yang paling sering dikritik dari film ini: jarak usia antara dua pemain utamanya, Zendaya dan John David Washington, serta penulisan film menggunakan karakter berkulit hitam.
Menanggapi kritik itu, sutradara ‘Malcolm & Marie’, Sam Levinson, memberikan penjelasan mengenai apa yang ia lakukan. Dikutip dari Indiewire, Sam telah menanggapi kritik itu melalui wawancara yang baru-baru ini dilakukannya dengan Esquire UK dan The Independent.
Mengenai jarak umur antara Zendaya dan John David Wahington yang terpaut 12 tahun, Sam mengatakan bahwa ia memahami bahwa hal ini mungkin bakal menjadi perhatian. Kesenjangan umur adalah sesuatu yang banyak terjadi dalam film-film dengan aktor pria yang lebih tua dari aktor wanita.
Sam mengatakan, “Alur cerita film memperhitungkan perbedaan usia antara Malcom dan Marie, dan hal itu berpengaruh pada ketidakseimbangan kekuatan dalam hubungan mereka.” Artinya, barangkali, perbedaan usia ini memang diniatkan adanya demi menjadi bagian dari konflik pada film.
John merespon kritik mengenai gap usia itu dengan berkata, “Orang-orang akan melihat dalam film ini betapa dia adalah seorang wanita. Dia memiliki lebih banyak pengalaman daripada saya di industri ini. Mereka akan melihat betapa dewasanya dia dalam peran ini.”
Mengenai isu kulit hitam yang dibicarakan atas film ini. Isu ini menjadi sensitif dan terus dipersoalkan karena karakter kulit hitam yang dipertontonkan dalam ‘Malcolm & Marie’ dianggap merepresentasikan identitas tertentu. Sementara, Sam adalah seorang sutradara yang berkulit putih.
Disinggung soal hal itu, Sam mengatakan bahwa ia percaya pada proses kolaboratif dan ingin menuliskan cerita yang dapat diterima dan disetujui oleh partner-nya, dalam hal ini Zendaya dan John David.
“Ada hal-hal tertentu yang saya tidak akan 100 persen benar tentang bagaimana rasanya menjadi seorang Kulit Hitam (di bidang) kreatif, tapi yangdapat saya lakukan adalah menulis apa yang terasa benar bagi karakter dan memiliki keyakinan pada proses kolaboratif dalam pembuatan film.”
Bagaimana menurutmu?