Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Rystad Energy
(Foto: Sputnik/Ramil Sitdikov)

Rystad Energy: Industri Minyak Akan Mengalami Penurunan Besar dan 19 Juta Orang Akan Terinfeksi COVID-19 Meskipun Diberlakukan Karantina



Berita Baru, Internasional – Rystad Energy merupakan perusahaan konsultan dan analisis minyak dan gas independen Norwegia yang didirikan di Oslo pada tahun 2004 oleh Jarand Rystad. Pada tanggal 24 Maret 2020, Rystad Energy menerbitkan laporan khusus edisi ketiga terkait Covid-19. Laporan itu menyebutkan bahwa estimasi total jumlah orang yang saat ini terinfeksi oleh virus korona di seluruh dunia mencapai andgka 6,5 juta.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa per 23 Maret, jumlah kasus yang resmi dilaporkan berjumlah 297.350. Dengan demikian, menurut Rystad Energy, hanya 5 persen dari kasus Covid-19 yang benar-benar dilaporkan.

Menurut laporan tersebut, per 23 Maret, Eropa sendiri seharusnya menunjukkan angka 4,6 juta orang yang terinfeksi. Namun hanya 4,3 persen dari jumlah tersebut yang dilaporkan terinfeksi.

Lebih lanjut, dalam laporan itu, disebutkan bahwa estimasi jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia akan meningkat menjadi 19 juta pada akhir April, meskipun aturan karantina wilayah yang ketat tetap diberlakukan.

India diperkirakan akan menjadi yang paling parah dengan 5 juta orang terinfeksi, lalu diikuti oleh Prancis (2,9 juta), Italia (2,7 juta), dan Amerika Serikat (2,5 juta).

“Jika karantina tidak dipertahankan dan virus dibiarkan menyebar tanpa terkendali, jumlah orang yang terinfeksi ini dapat meningkat menjadi 1,3 miliar kasus pada akhir April,” tulis laporan itu.

Rystad Energi juga memperkirakan, dengan adanya peraturan-peraturan seperti jam malam untuk pekerja kurang penting, hukuman berat bagi mereka yang melanggar karantina wilayah, dan isolasi penuh antar wilayah dan negara, pandemi global virus korona ini dapat diatasi dalam waktu delapan minggu.

Masalahnya adalah bahwa walaupun “secara etis merupakan keputusan yang tepat,” tindakan ketat semacam itu “menantang hak asasi manusia dan nilai-nilai kebebasan,” tulis Rystad Energy.

Dalam apa yang dianggap sebagai “skenario mitigasi,” dengan mengisolasi mereka yang terinfeksi, karantina wilayah, dan melakukan pembatasan sosial, maka akan membutuhkan waktu antara 6 hingga 22 bulan untuk memerangi wabah. Di samping itu, juga akan berakibat menghasilkan dampak ekonomi yang parah dan berlangsung lama.

Sehubungan dengan minyak, dalam setiap skenario yang ditulis dalam laporan tersebut, Rystad Energy memperkirakan akan ada penurunan tajam dalam hal permintaan minyak. Ini dikarenakan pesawat, mobil dan truk serta alat transportasi lainnya lebih sedikit yang beroperasi.

Dengan berdasarkan data penurunan permintaan minyak saat ini, Rystad Energy memperkirakan pada tahun 2020 akan ada 2 miliar barel penurunan permintaan minyak karena pandemi virus korona, dengan produksi harian rata-rata 95 juta barel per hari, yang merupakan kontraksi 5 persen dibandingkan dengan tingkat 2019.

Perkiraan ini, menurut Rystad Energy, merupakan berita buruk bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri minyak. Hal itu dikarenakan, pada tahun ini, lebih dari sepertiga perusahaan di seluruh dunia tidak akan dapat memenuhi kewajiban pembayaran bunga secara tepat waktu. Berdasarkan perhitungan Rystad Energy, 37 dari 100 perusahaan sejenis dapat mengalami gagal bayar tahun ini.

Para pengebor minyak lepas pantai dan penyedia kapal lepas pantai merupakan yang paling terpukul. Mereka juga akan “hidup di pinggiran” dalam beberapa bulan mendatang.

Hebatnya, energi terbarukan bukanlah solusi ekonomi ke depan. Malahan, Rystad Energy, memperkirakan pasar energi terbarukan akan mengalami kejatuhan yang besar.

Menurut worldometers.info, per tanggal 30 Maret pukul 9:08 WIB, jumlah kasus virus korona adalah 739,367, dengan 33.000 meninggal dan 150.000 berhasil pulih.


SumberSputnik News
Laporan Rystad EnergyDownload