Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Senjata Pertahanan udara Rusia. Foto: Reuters.
Senjata Pertahanan udara Rusia. Foto: Reuters.

Rusia Mulai Kirimkan S-400 ke India Meskipun Berisiko Mendapat Sanksi AS



Berita Baru, MoskowRusia mulai kirimkan S-400 ke India meskipun berisiko mendapat sanksi AS, kata Kepala Badan Kerjasama Militer Rusia Dmitry Shugayev.

“Pasokan pertama sudah dimulai,” kata Shugayev mengutip Reutres di sebuah pameran dagang kedirgantaraan di Dubai, Minggu (14/11).

Shugayev menambahkan bahwa unit pertama sistem S-400 akan tiba di India pada akhir tahun ini.

Kesepakatan senilai $5,5 miliar untuk lima sistem rudal pertahanan permukaan-ke-udara jarak jauh S-400 Rusia, yang menurut India perlu untuk melawan ancaman dari China.

Risiko itu sudah lama diketahui oleh India sejak kesepakatan itu ditandatangani pada 2018.

Dengan kesepakatan itu, India akan menghadapi berbagai sanksi keuangan dari Amerika Serikat di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) tahun 2017 yang bertujuan untuk mencegah negara-negara membeli perangkat keras militer Rusia.

Undang-undang itu juga menyebut Rusia sebagai musuh, bersama Korea Utara dan Iran atas tindakannya terhadap Ukraina, campur tangan dalam pemilihan AS 2016 dan bantuan ke Suriah.

Pihak India sendiri mengatakan memiliki kemitraan strategis dengan Amerika Serikat dan Rusia, namun Washington menegaskan kepada India bahwa tidak mungkin menghindari sanksi dari Undang-Undang CAATSA.

Pada tahun lalu, kasus serupa juga muncul saat AS memberlakukan sanksi pada sekutu NATO Turki karena melakukan transaksi rudal pertahanan permukaan-ke-udara jarak jauh S-400 Rusia.

Sanksi tersebut menargetkan badan pengadaan dan pengembangan pertahanan utama Turki, Kepresidenan Industri Pertahanan.

Washington juga mengeluarkan Turki dari program jet tempur siluman F-35, pesawat paling canggih di gudang senjata AS, yang digunakan oleh anggota NATO dan sekutu AS lainnya.

Rusia mengatakan telah menawarkan bantuan kepada Turki dalam mengembangkan jet tempur canggih, tetapi sejauh ini belum ada kesepakatan yang tercapai.

“Kami masih dalam tahap negosiasi proyek ini,” kata Shugayev seperti dikutip kantor berita RIA, Minggu (14/11).