Rusia Khawatir dengan Ketegangan Iran-AS di Teluk Persia
Berita Baru, Internasional – Mengutip Sputnik, pada hari Sabtu (25/4), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan bahwa Rusia prihatin dengan ancaman Amerika Serikat (AS) terhadap Iran di tengah ketegangan di Teluk Persia. Ia juga meminta kedua pihak untuk menahan diri untuk tidak saling serang.
Menurut diplomat tersebut, AS melakukan itu berdasarkan haknya untuk membela diri menggunakan caranya sendiri yakni mengancam Iran dengan serangan di Teluk.
“Ini adalah salah satu metode yang menciptakan ketidakpastian dalam komunitas internasional. Ini adalah niat yang disengaja untuk menaburkan perselisihan di antara anggota komunitas internasional, mengingat bahwa berbagai negara menafsirkan ketentuan yang relevan dari hukum internasional secara berbeda. Ini adalah salah satu elemen dari Kebijakan AS yang bertujuan untuk terus bermain di urat nadi,” ujar Ryabkov dalam suatu pernyataan.
Sebelumnya, pada hari Rabu (22/4), Presiden Trump mencuit di akun resmi Twitternya yang berisi perintah terhadap Angkatan Laut AS “untuk menembak jatuh dan menghancurkan setiap dan semua kapal perang Iran jika mereka melecehkan kapal AS di laut.” Cuitan itu muncul setelah muncul beberapa keluhan dari Angkatan Laut AS terkait beberapa kapal Iran yang memprovokasi mereka dengan berada dalam jarak yang sangat dekat dengan kapal perang AS di Teluk Persia.
Sebagai balasan, Kepala Iranian Revolutionary Guard Corps (IRGC) atau Korps Pengawal Revolusi Iran, Hossein Salami memperingatkan AS agar tidak terlibat dalam aksi permusuhan terhadap kapal-kapal Iran dan mengancam akan memberikan “balasan yang menghancurkan.”
Selain Hossein Salami, Menteri Luar Negeri Iran juga memperingatkan bahwa AS “tidak memiliki urusan 7.000 mil jauhnya dari rumah” dan telah memprovokasi pelaut Iran di perairan teritorialnya.
Jika dirunut, ketegangan antara Iran dan AS mulai terjadi di bulan Januari 2020, ketika komandan militer Iran Qasem Soleimani terbunuh dalam insiden serangan pesawat nirawak yang dilakukan oleh Presiden Trump di bandara internasional Baghdad.
Selain Jenderal Soleimani, Komandan milisi Syiah Abu Mahdi Muhandis juga tewas dalam insiden itu.
Presiden Trump berdalih sengaja melakukan serangan itu karena dua komandan itu terlibat dalam serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad pada Desember 2019.
Sebagai balasan atas pembunuhan Jenderal Besar mereka, Iran dengan cepat melakukan serangan udara terhadap dua pangkalan militer AS di Irak.
Seumber | Sputnik News |