Rusia Bantah Lakukan Serangan Siber di Ukraina
Berita Baru, Moskow – Pada Sabtu (19/2), Kedutaan Rusia di Amerika Serikat (AS) menolak tuduhan dari AS bahwa pihaknya bertanggung jawab atas serangan siber terhadap perbankan Ukraina dan situs web pemerintah.
“Kami dengan tegas menolak pernyataan tak berdasar dari pemerintah dan mencatat bahwa Rusia tidak ada hubungannya dengan peristiwa yang disebutkan dan pada prinsipnya tidak pernah melakukan dan tidak melakukan operasi ‘jahat’ di dunia maya,” katanya dalam Twitter.
“Kami telah mencatat pernyataan murni anti-Rusia dari Deputi Penasihat Keamanan Nasional Anne Neuberger, yang menuduh dinas khusus Rusia melakukan serangan siber terhadap badan pertahanan dan bank Ukraina,” imbuhnya.
Sebelumnya, Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Anne Neuberger mengatakan pada hari Jumat (18/2) bahwa intelijen militer Rusia berada di balik serentetan serangan penolakan layanan (DDoS) baru-baru ini hingga membuat situs perbankan dan pemerintah Ukraina offline.
“Rusia suka bergerak dalam bayang-bayang dan mengandalkan proses atribusi yang panjang,” kata Neuberger mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Neuberger mengatakan bahwa orang Amerika memiliki data yang menunjukkan bahwa infrastruktur yang terhubung dengan badan militer Rusia, umumnya dikenal sebagai GRU, “terlihat mentransmisikan komunikasi volume tinggi ke alamat IP dan domain yang berbasis di Ukraina.”
“Mengingat hal itu, kami bergerak cepat untuk mengaitkan serangan DDoS. Kami yakin pemerintah Rusia bertanggung jawab atas serangan yang meluas terhadap bank Ukraina minggu ini,” imbuhnya.
Selain AS, Inggris juga melakukan tuduhan yang sama kepada Rusia, yang mengatakan GRU “hampir pasti terlibat” dalam DDoS, yang bekerja dengan membanjiri situs web yang ditargetkan dengan firehose data.
“Serangan itu menunjukkan pengabaian berkelanjutan terhadap kedaulatan Ukraina,” kata Kantor Persemakmuran dan Pembangunan Luar Negeri Inggris (FCDO) dalam sebuah pernyataan.
FCDO juga menuduh bahwa serangan siber yang dilakukan Rusia tersebut “adalah contoh lain dari tindakan agresif Rusia terhadap Ukraina.”
“Perilaku mengganggu ini tidak dapat diterima,” tegas FCDO.