Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Santri

Roy Murtadho, Kesadaran Santri, dan Eksploitasi Lingkungan



Berita Baru, Tokoh – Aktivis sekaligus Pengasuh Pesantren Ekologi Misykat Al-Anwar Bogor, Roy Murtadho, secara gamblang mengandaikan bahwa santri penting untuk memiliki apa itu yang ia sebut sebagai kesadaran lingkungan.

Hal ini ia sampaikan dalam gelar wicara Bercerita ke-68 Beritabaru.co yang mengusung tema Santri dalam Pergerakan Zaman pada Selasa (12/10).

Kesadaran lingkungan yang dimaksud Roy lebih pengetahuan terhadap akar persoalan mengapa hari ini dunia mengalami krisis iklim.

Menurutnya, krisis iklim yang terjadi berkelindan dengan agenda Kapitalisme yang semakin ke sini—khususnya di Indonesia—semakin membuat ngilu.

“Tidak pernah ada kerusakan lingkungan yang seperti ini sebelumnya dan tidak lain ini disebabkan oleh adanya Kapitalisme,” kata Roy dalam diskusi yang ditemani oleh Nafisa Nainawa ini.

Untuk mengukuhkan argumentasinya tentang kerusakan lingkungan yang tidak termaafkan, Roy menceritakan tentang semakin banyaknya beruang kutub yang keluar dari jalur tabiatnya.

Dulu, kata Roy, beruang kutub tidak pernah memakan anaknya sendiri, tetapi hari ini, tidak sedikit beruang kutub yang memakan keturunannya.

“Ini sangat mengerikan. Dan tentu ini bukan tanpa sebab. Adanya perubahan perilaku hewan berhubungan dengan kawasan untuk mencari makan bagi beruang yang semakin terkikis,” paparnya.

“Akibatnya, mereka tidak memiliki makanan lain selain apa yang ada di depannya. Pertanyaannya, siapakah yang tega merenggut kawasan makan beruang tersebut?”tambah Roy menanyakan dengan geram.

Jawabnnya adalah manusia. Roy menolak untuk menyebut bahwa yang merusak alam adalah Tuhan.

Roy mengutip ayat suci Al-Quran ketika bicara soal dalang di balik rusaknya lingkungan, yakni surah al-Rum (30):41.

30:41 menjelaskan tentang bagaimana yang merusak bumi bukanlah apa dan siapa pun melainkan tangan-tangan manusia (aidi al-nas).

Bagi Roy, ini jelas bahwa yang bertanggung jawab atas rusaknya lingkungan hidup adalah manusia. Meski demikian, yang tidak bisa diabaikan adalah bahwa manusia di sini bukanlah manusia secara umum.

“Jelas tidak. Manusia di situ adalah para pemilik modal, agen-agen kapitalisme, dan segelintir elite yang kepentingannya hanya memperkaya diri sendiri,” tegasnya.

Hari Santri dan kesadaran posisi

Dalam kesempatan ini, Roy menilai bahwa Hari Santri yang akan dirayakan pada 22 Oktober besok merupakan momentum yang baik untuk satu hal penting, setidaknya.

Yaitu untuk membangun kesadaran bersama bahwa santri memiliki posisi yang tegas dalam kaitannya dengan dukungan santri pada Pancasila.

Roy membedakan antara memperjuangkan Pancasila dan mendukung para elite politik yang memanfaatkan Pancasila untuk mengeksploitasi lingkungan hidup di Indonesia.

“Santri harus jeli soal ini. Memperjuangkan Pancasila berarti memperjuangkan nilai dan sikap anti-eksploitasi manusia atas manusia, termasuk atas alam,” jelasnya.

Dengan ungkapan lain, Roy melanjutkan, bukan berarti ketika santri mendukung Pancasila, maka mereka juga mendukung eksploitasi para elite atas lingkungan hidup.

Atas kegelisahannya tersebut, Roy memunculkan beberapa contoh kebijakan pemerintah yang santri harus kritis dan bersikap tegas.

Adalah soal kebijakan food estate dan sikap pemerintah terhadap kerusuhan di Papua.

Bagi Roy, food estate sangat tidak kontekstual. “Jawa itu episentrum pangan sebelumnya, tapi sekarang pemerintah justru ngomong kedaulatan pangan. Pun, praktiknya ketahanan pangan. Apalagi soal food estate. Ini kan produk gagal pada masa Orba. Kok dilakukan lagi!” ungkapnya.

Adapun mengenai Papua, Roy memandang, jika tidak ingin ada kekerasan di Papua, pemerintah harus menarik semua angkatan bersenjata di sana.

“Ini pernah dilakukan Gus Dur dulu, tapi tidak pernah dilanjutkan,” kata Roy menyayangkan.