Ribuan Orang Antri, Kantor Paspor Afghanistan Malah Terpaksa Berhenti Beroperasi
Berita Baru, Kabul – Di tengah tekanan ribuan orang antri ajukan pembuatan paspor, Kantor Paspor Afghanistan malah terpaksa berhenti beroperasi, kata Kepala Kantor Paspor Afghanista, Alam Gul Haqqani pada Senin (15/11) malam waktu setempat.
Sehari setelah itu, pada hari Selasa (16/11), kementerian dalam negeri mengatakan 60 orang, termasuk sejumlah anggota departemen paspor, telah ditangkap karena menggunakan dokumen palsu atau palsu untuk mendapatkan paspor, menurut kantor berita Reuters.
Ada juga semakin banyak keluhan tentang orang-orang yang dipaksa untuk membayar suap kepada pejabat agar permohonan mereka disetujui.
Penghentian operasi itu dikarenakan peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan dokumen biometrik mengalami kerusakan, kata Alam Gul Haqqani .
Atas insiden tersebut, ribuan orang terpaksa harus menunggu di tengah Kekhawatiran tentang masa depan Afghanistan di bawah pemerintahan baru Taliban dan krisis ekonomi dan kemanusiaan yang mengancam jutaan orang dengan pengangguran dan kelaparan.
Situasi itu pun mendoronga ribuan warga Afghanista berusaha melintasi perbatasan setiap hari.
Alam Gul Haqqani mengatakan sebanyak 15.000-20.000 orang per hari berkemah di luar kantor di Kabul, lima atau enam kali lebih banyak daripada yang bisa ditangani kantor, dengan banyak yang tidur di trotoar semalaman.
Banyak yang terpaksa kembali hari demi hari setelah gagal mengajukan aplikasi mereka dan mesin biometrik secara teratur mogok saat mereka memproses dokumen, menyebabkan penundaan lebih lanjut, katanya.
“Untuk menghentikan orang yang menderita ini dan untuk menghindari gangguan, kami telah memutuskan untuk menghentikan kegiatan kegiatan departemen paspor selama beberapa hari,” katanya kepada televisi Tolo News pada Senin malam dilansir dari Reuters.
Haqqani juga menambahkan bahwa kantor akan segera dibuka kembali.
Penerbangan internasional perlahan mulai beroperasi kembali dengan layanan reguler dari Kabul ke Dubai dan Islamabad yang ditawarkan oleh Ariana Afghan Airlines milik negara dan Kam Air milik swasta, di samping layanan charter dari operator lain.