Review Film Target: Balas Dendam Kebablasan
Berita Baru, Film – “Target” (2018) adalah film ke-14 Raditya Dika. Di sini ia menyutradarai, menulis naskah, sekaligus memerankan tokoh utama, sebagaimana di film-filmnya terdahulu seperti “Kambing Jantan: The Movie”(2009), “Cinta Brontosaurus” (2013), “Manusia Setengah Salmon” (2013), dan film lainnya.
Jika kamu sudah menonton Hangout (2016), mungkin kamu akan familiar dengan alur “Target” yang sebenarnya agak mirip. Sebelum kita nilai, yuk simak dulu sinopsis ceritanya berikut ini.
Kisah Balas Dendam yang Dikemas Lewat Komedi
Seseorang tak dikenal mengirimkan naskah film “Target” melalui e-mail kepada Raditya Dika, Cinta Laura Kiehl, Samuel Rizal, Willy Dozan, Abdur Arsyad, Hifdzi Khoir, Ria Ricis, Romy Rafael, dan Anggika Bolsterli. Kesembilan orang itu diundang menjadi pemain film “Target.”
Sesampainya di “lokasi syuting” yang merupakan gedung kosong, mereka baru sadar bahwa mereka dijebak dalam sebuah permainan aneh dan mendebarkan. Dipandu oleh suara seorang oknum bertopeng, mereka harus menjalani scenario yang diperintahkan selama 24 jam. Bila kabur atau tidak patuh, maka mereka bakal dibunuh.
Benar saja, satu per satu dari mereka mati karena gagal memainkan game atau karena kecelakaan. Hingga akhirnya hanya tersisa 3 orang. Apakah mereka bakal selamat?
Genre Baru Dika?
Harus diakui, bila Dika dikenal dengan buku-bukunya yang menghibur dan mengocok perut, film-filmnya tidak selalu demikian. “Kambing Jantan” sebagai buku memang menarik dan bikin nagih. Kala itu, “Kambing Jantan” menjadikan komedi menjadi kian lumrah untuk dibukukan dan menginspirasi lahirnya genre buku serupa, seperti buku “Catatan Dodol Calon Dokter” (2008) karya Ferdiriva Hamzah.
Namun maaf, sebagai film, “Kambing Jantan: The Movie” tak sekeren itu.
Bagaimana dengan “Target”? Cerita dan alurnya menyerupai “Hangout.” Sekelompok orang dikumpulkan, terjebak dalam satu kondisi, satu per satu mati, lalu muncul sosok pelaku sekaligus plot twist. Nampaknya, Dika sedang hobi menulis cerita drama-komedi-horor-aksi dan memberi sentuhan plot twist di akhir-akhir film.
Bisa dibilang, eksekusi cerita “Target” lebih apik dibanding “Hangout.” Twist yang diberikan di akhir film benar-benar bikin tegang dan tidak terprediksi sebelumnya.
Meskipun, agak aneh juga, ya: kok para artis itu mau sih diajak syuting film yang tidak jelas sumbernya? Meski sudah dibayar di muka, tapi… apa kamu juga akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi padamu?
Harusnya genre-nya memang komedi, tapi eksekusi jokes kurang nampol. Mungkin di beberapa bagian memang beneran lucu, seperti dialog-dialog Abdur. Tapi mungkin memang filmnya tidak diniatkan untuk jadi lucu? Yang bikin agak aneh berikutnya adalah, “pesan-pesan moral” yang terkesan dipaksakan.
Satu hal yang mungkin paling mudah diamati adalah akting Willy Dozan. Dikenal sebagai aktor laga yang dielu-elukan, Willy menampilkan sisi yang menggemaskan dalam film ini: sosok yang gemulai, menolak menggunakan kekerasan.
Haduh, ada-ada saja.
Terlepas dari itu, saya tertantang untuk melihat film baru Dika berikutnya, dengan genre serupa. Kira-kira, bakal seseru apa, ya?