Resesi Mengancam, Ekonom UGM: Elitlah Yang Ketakutan
Berita Baru, Jakarta – Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II (Q2) tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -5,32 persen. Pada Q1 pertumbuhan ekonomi masih bisa tumbuh positif 2,97 persen.
Merebaknya virus corona yang terus meningkat di Indonesia membuat perekonomian terus tertekan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani membuat proyeksi hingga akhir tahun 2020, pertumbuhan ekonomi berada di kisaran -1,1 persen hingga tumbuh positif 0,2 persen.
Menurut analisis ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Rimawan Pradiptyo, krisis ekonomi sesungguhnya sudah terjadi sejak Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 silam.
“Sekarang elit politik ketakutan krisis ekonomi. Padahal bagi saya, krisis sudah dimulai sejak 11 Maret 2020 saat WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi,” tutur Rimawan dikutip dari akun Twitter pribadinya @RimawanP pada Rabu (2/9).
Rimawan mempertanyakan mengapa baru sekarang para elit politik baru ketakutan terhadap ancaman krisis ekonomi, padahal bagi dia krisis ekonomi sudah terjadi sejak Maret 2020 lalu.
Selain itu Rimawan juga menjelaskan bahwa saat ini tidak ada alasan lagi untuk takut terhadap krisis ekonomi. Karena saat ini sektor informal sudah mulai beradaptasi, dan membuktikn keuletannya meski tanpa bantuan pemerintah.
“Sekarang sektor informal sudah beradaptasi dan spt biasa mereka ulet tanpa banyak bantuan pemerintah. Rakyat tidak takut dampak resesi, tapi para elitlah yang ketakutan,” pungkasnya.