Refleksi 65 Tahun K-Sarbumusi
Djoko Wahyudi
Presiden Federasi Serikat Pekerja Panasonic Gobel Sarbumusi
Sejarah telah mencatat bahwa Gerakan Serikat Buruh/Serikat Pekerja pasca Orde Baru dan Reformasi selalu di tunggangi oleh kepentingan Penguasa, Partai Politik atau Elite Serikat Pekerja. Aktivis/Pejuang Serikat Buruh/Serikat Pekerja sampai saat ini belum menyadari bahwa Serikat Pekerja/Serikat Buruh punya modal yang kuat untuk menjadi kekuatan sosial (Social capital) yang diperhitungkan oleh Penguasa. Basis keanggotaan yang riil dan partisipasi aktif dari anggota yang selalu konsisten dalam membayar iuran adalah modal penting yang tidak dipunyai oleh Partai Politik.
Namun patut disayangkan, hingga saat ini, masih belum ada Serikat Buruh /Serikat Pekerja yang mempunyai road map untuk bisa menjadi kekuatan sosial yang berpengaruh dalam masyarakat dan negara. Serikat Buruh/Serikat Pekerja terjebak pada orientasi politik jangka Pendek, cenderung eksklusif dan cenderung pragmatis dalam memaknai kekuasaan sehingga potensi yang dimiliki tidak pernah ter eksplorasi secara optimal dan dampaknya tidak mampu menjadi Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang sejati.
Elit pimpinan Serikat Pekerja/Serikat Buruh memiliki kegamangan dalam membuat narasi perjuangan organisasi yang bersifat jangka panjang, sehingga yang terjadi adalah Serikat Buruh/Serikat Pekerja terpecah menjadi beberapa kelompok. Barangkali elit pimpinan Serikat Pekerja/Serikat Buruh perlu meneladani perjuangan Hadaratus Syech KH Hasyim Asy’ari dalam membangun organisasi keagamaan terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU). Keikhlasan dan perjuangan beliau dalam membentuk sebuah organisasi yang akan menjadi rumah bagi seluruh umat islam menjadi catatan penting bagi kita untuk mengkontekstualisasikan dalam ruang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Yaitu menjadikan organisasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh menjadi rumah bagi pekerja di seluruh Indonesia.
Dengan hal tersebut, Serikat Pekerja/Serikat buruh akan menjadi entitas penting dalam mengarahkan perjalanan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Kuncinya adalah bagaimana organisasi dapat menjadi rumah yang nyaman dan kondusif bagi seluruh pekerja di seluruh Indonesia. Selain itu penting juga bagi organisasi selalu memberikan kemanfaatan kepada seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana filosofi perjuangan hadaratus Syech dalam mendirikan Nahdlatul Ulama.
Pada 27 September 2020 yang akan datang, Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (K-Sarbumusi) akan genap berusia 65 tahun, usia yang sangat matang dalam ukuran manusia. Menilik sejarahnya, pendirian SARBUMUSI syarat dengan kepentingan Ke Indonesiaan yang kuat, yaitu mempertahankan Negara Indonesia yang berazaskan Pancasila dari ancaman Ideologi Komunis. Selain itu pendirian Sarbumusi sebagai media dakwah dan konsolidasi nahdliyin yang bekerja diberbagai perusahaan agar tetap solid dalam menghadapi ideologi lain yang memiliki potensi untuk mengancam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya pendirian K SARBUMUSI juga di liputi semangat untuk meningkatkan kejahteraan dan harkat martabat kaum buruh.
Di usia yang ke-65 tahun ini Konfederasi Sarbumusi harus mampu merefleksikan keberadaan dirinya agar mampu menjadi Syarekat Buruh yang mampu menjaga nilai-nilai ke-Islaman, ke Indonesia-an, dan kebangsaan dari pengaruh idelogi lain. Konfederasi Sarbumusi juga perlu memberikan perhatian khusus terhadap peningkatan kesejahteraan bagi pekerja di seluruh Indonesia, utamanya anggota Sarbumusi, agar supaya Sarbumusi menjadi “tambatan hari” dan sekaligus menjadi “rumah” bagi pekerja/buruh yang ditinggal “selingkuh” elit pimpinanya.
Di tengah tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia kedepan sangat kompleks bukan saja pertarungan Ideologi lokal namun juga transnasional, belum lagi persoalan korupsi, pengangguran, kemiskinan, pendiskriminasian terhadap nilai nilai kemanusiaan dll. Oleh karena itu, Konfederasi Sarbumusi harus mampu meyakinkan dan menunjukkan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa dirinya adalah organisasi yang representatif yang mampu memberikan manfaat/kemaslahatan kebaikan bagi Pekerja/Buruh Indonesia, sebagaimana yang diajarkan dalam Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU). Tidak mudah memang memujudkannya diperlukan pengorbanan yang besar dari anggota dan pimpinannya, juga keyakinan akan ganjaran bagi siapa yang melakukan amal Sholeh dalam hidupnya
Saya berpandangan bahwa Konfederasi Sarbumusi kedepan harus menjadi contoh Gerakan Serikat Buruh/Serikat Pekerja (role model) Gerakan Buruh yang Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjalankan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Prinsip Ketuhanan, bahwa Serikat Buruh/Serikat Pekerja harus bisa memperjuangkan kebebasan Anggotanya untuk meyakini dan menjalankan agamanya tanpa ada hambatan ataupun paksaan dari pihak manapun.
- Prinsip Kemanusiaan, Bahwa Serikat Buruh/Serikat Pekerja harus memperjuangkan Nilai Nilai Dasar dari Kemanusiaan yaitu menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, dan bersifat Inklusif.
- Prinsip Nasionalisme, Bahwa gerakan Serikat Buruh/Serikat Pekerja harus menempatkan kecintaan kepada Tanah Air Indonesia diatas kepentingan Golongan, Agama, Suku, maupun kepentingan Pribadi.
- Prinsip Musyawarah dan Keterwakilan bahwa Pimpinan Serikat Buruh/Serikat Pekerja harus amanah dan mengedepankan Musyawarah/ Sosial Dialog dan gotong royong dalam mencari solusi dalam setiap persoalan.
- Prinsip Keadilan Sosial, Bahwa Serikat Buruh/Serikat Pekerja selalu memperjuangkan nilai-nilai keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Selamat HARLAH ke 65 K-Sarbumusi