Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Seorang anggota Angkatan Udara AS berdiri di dekat baterai rudal Patriot di pangkalan udara Prince Sultan di al-Kharj, Arab Saudi tengah, pada 20 Februari 2020. Foto: AP Photo.
Seorang anggota Angkatan Udara AS berdiri di dekat baterai rudal Patriot di pangkalan udara Prince Sultan di al-Kharj, Arab Saudi tengah, pada 20 Februari 2020. Foto: AP Photo.

Redakan Konflik Arab Saudi, AS Kirim Rudal Patriot



Berita Baru, Riyadh – Amerika Serikat (AS) mengirimkan rudal Patriot dalam upaya untuk redakan konflik Arab Saudi yang memanas setelah serangan pesawat tak berawak yang dilancarkan pasukan Houthi Yaman menyasar kilang YASREF di Kota Industri Yanbu di Laut Merah, menurut laporan The Associated Press (AP) dan Wall Street Journal (WJS).

Menurut laporan AP, senjata anti-rudal buatan AS tersebut dikirim ke Arab Saudi dalam beberapa pekan terakhir, yang telah diminta kerajaan sejak akhir tahun lalu untuk menangkis serangan rudal dan pesawat tak berawak oleh kelompok Houthi Yaman, mengutip beberapa pejabat senior AS, Jumat (19/3).

Akan tetapi, para pejabat tersebut tidak memberikan jumlah berapa banyak Rudal Patriot yang sudah dikirim, namun mengatakan kepada AP bahwa keputusan itu sejalan dengan janji Presiden Joe Biden bahwa “Amerika akan mendukung teman-teman kita di kawasan”.

Langkah itu dilakukan ketika AS dan Inggris semakin berusaha meyakinkan Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak mentah guna membantu meringankan kenaikan harga yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Sampai saat ini, para pejabat Arab Saudi telah menolak permintaan tersebut. Arab Saudi tetap berisikukuh pada komitmen mereka untuk pengurangan produksi yang disepakati oleh aliansi OPEC+ dari produsen minyak yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia.

Sementara itu, eksportir minyak mentah utama Arab Saudi memperingatkan pada hari Senin bahwa serangan pemberontak Yaman terhadap fasilitas minyak kerajaan menimbulkan “ancaman langsung” terhadap pasokan global.

Arab Saudi “tidak akan bertanggung jawab” atas kekurangan pasokan minyak sehubungan dengan serangan Houthi yang didukung Iran, kata kementerian luar negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan, dikutip dari WJS.

Serangan lintas batas ini adalah “ancaman langsung terhadap keamanan pasokan minyak dalam keadaan yang sangat sensitif yang disaksikan oleh pasar energi global”, tambahnya.

Pernyataan itu muncul sehari setelah kerajaan mengakui penurunan sementara produksi setelah Houthi menyerang kilang dengan drone bersenjata. Ia mendesak masyarakat internasional untuk “berdiri teguh” melawan kelompok pemberontak Houthi.

Harga minyak telah berulang kali melonjak di atas $100 per barel akhir-akhir ini, didorong oleh kekhawatiran pasokan yang berpusat pada invasi Rusia ke Ukraina.

Harga minyak juga kembali naik pada Senin (21/3), dimana Minyak mentah Brent naik lebih dari empat persen pada lebih dari $112 per barel dibanding Jumat (19/3) lalu.

Serangan pesawat tak berawak di kilang YASREF di Kota Industri Yanbu di Laut Merah “menyebabkan pengurangan sementara dalam produksi kilang”, kata kementerian energi Saudi, Minggu (20/3).

Ia menambahkan bahwa penurunan itu akan “dikompensasikan dari inventaris”, tetapi tidak memberikan detil jumlah.

Houthi mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka meluncurkan serangan pesawat tak berawak dan rudal lintas batas yang menargetkan sejumlah perusahaan “vital dan penting”.