Rawat Tradisi dan Budaya, NU Batudinding Motori Gerakan ‘Silatul Arwah’
Berita Baru, Sumenep – Pengurus Ranting Nahdlatul Ulum (PRNU) Desa Batudinding Gapura, Sumenep, Jawa Timur serta Badan Otonom (Banom) motori gerakan ‘Silatul Arwah’ bersama warga. Agenda yang dicanangkan setiap Sabtu Wage ini dikemas kedalam dua bentuk kegiatan, yaitu Istighotsah dan bakti sosial bersih-bersih kuburan.
Perdana, program Silatul Arwah ini dilaksanakan di Pemakaman Umum Sambelluk, Dusun Daja Lorong, desa setempat. Untuk kegiatan Istighotsah digelar pada Sabtu (17/6) sore, sementara bersih-bersih kuburan pada Minggu (18/6), dari pagi hingga siang hari.
“Alhamdulillah, program Silatul Arwah, mulai dari Istighotsah hingga bakti sosial berupa bersih-bersih kuburan mendapat respon positif. Warga cukup antusias dan kompak. Sehingga kegiatan berjalan sesuai harapan,” kata Ketua PRNU Batudinding Sawari.
Dijelaskan, program ini merupakan program baru PRNU Batudinding dan akan menjadi agenda bulanan yang dilaksanakan secara berpindah di setiap pemakaman di Desa Batudinding. Sawari menyebut, suksesnya acara ke depan tidak akan lepas dari sokongan masyarakat.
“Program PRNU ini seperti penggerak, agar warga NU, khususnya masyarakat Batudinding, tetap istiqomah merawat dan melestarikan tradisi-budaya yang diwariskan para ulama, dan memegang kuat ajaran islam ahlussunnah wal jamaah,” tegas Sawari.
Pada kegiatan Istighotsah, penyelenggara turut mengundang jajaran Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Gapura serta Pemerintah Desa (Pemdes) Batudinding. Selain itu, juga diisi dengan tausiah dan pengarahan oleh KH. Kamalil Ersyad, selaku A’wan MWC NU Gapura.
Pada kesempatan tersebut, Kyai Ersyad menyampaikan banyak pesan, salah satunya terkait bagaimana generasi NU ke depan mampu merawat tradisi dan budaya yang telah diwariskan oleh para ulama Nahdlatul Ulama. Menurutnya, tradisi dan budaya adalah infrastruktur islam.
“Kenapa Islam yang dibawa ulama-ulama Nahdlatul Ulama cepat diterima oleh masyarakat Indonesia, sampai mayoritas? Karena ulama-ulama NU cerdas merawat dan menjunjung tinggi tradisi dan budaya. Jadi kebiasaan masyarakat itu tidak langsung hapus, tapi dimasuki dengan nilai-nilai keislaman,” tegasnya.
Selain itu, Kyai Ersyad juga menegaskan bahwa NU mempunyai dua tugas besar yaitu menjaga dan memastikan syiar-syair islam tetap berjalan, serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satunya adalah memastikan tanah-tanah tidak dimiliki orang asing, harapannya agar masyarakat Indonesia tidak jadi pembantu dirumah sendiri.
“Tanah-tanah yang kita miliki, kalau bisa, ke depan jangan dijual, disewakan saja bila ada orang yang membutuhkan. Sehingga tanah yang kita miliki tidak beralih kepemilikannya. Dan NU harus mampu mewarnai dengan nilai keislaman dari setiap pembangunan yang hanya mementingkan persoalan duniawi,” pesannya.