Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ratusan Mahasiswa Jatim Desak Pertamina Perluas Buffer Zone Depo Perak Surabaya

Ratusan Mahasiswa Jatim Desak Pertamina Perluas Buffer Zone Depo Perak Surabaya



Berita Baru, Surabaya – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Rumah Kebangsaan Jawa Timur (Jatim) menggelar aksi demonstrasi di Jalan Perak Barat, Surabaya, pada Kamis 13 April 2023 siang.

Mereka menuntut PT Pertamina Patra Niaga Jatim, Bali dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) bertanggung jawab penuh dalam perluasan pembangunan buffer zone Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) atau Depo Pertamina di Jalan Perak Barat, Surabaya.

Sekretaris Rumah Kebangsaan Jatim, Edwin Rilo Pambudi menegaskan, area Depo Pertamina Perak yang berdekatan dengan pemukiman warga memiliki resiko keamanan sangat tinggi. Oleh sebab itu pertamina wajib turut aktif dalam upaya mitigasi untuk mengurangi resiko saat terjadi kebakaran.

“Pertamina baru sibuk ingin memperluas buffer zone ketika banyak kejadian kebakaran yang disebabkan oleh pertamina sendiri. Sayangnya, pembangunan buffer zone di pertamina perak menampilkan wajah buruk dari pertamina. Pasalnya, pertamina tidak mau bertanggung jawab dan menertibkan atas pembangunan buffer zone karena tanahnya menyewa dari PT Pelindo,” kata Rilo, kepada Beritabaru.co, Jumat (14/4).

Menurutnya, keamanan bagi warga sekitar Depo Pertamina Perak Surabaya harus diutamakan. Karena faktanya, sudah banyak kelalaian Pertamina di beberapa Depo yang mengalami kebakaran dan memakan korban jiwa. 

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, tercatat terjadi peristiwa kebakaran di 9 tempat Depo BBM dan Kilang Minyak milik Pertamina. Terbaru adalah peristiwa kebakaran Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina RU II Dumai, Provinsi Riau, terjadi pada Sabtu, 1 April 2024 dan Kebakaran Kilang Pertamina Plumpang pada 3 Maret 2023 lalu. 

“Mengingat Depo BBM sendiri adalah area yang punya resiko sangat tinggi dan membutuhkan safety factor khusus di dalam nya. Oleh karena itu, fakta ini menunjukkan bahwa ada unsur kealfaan dan kegagalan dari PT Pertamina dalam manajemen risiko terhadap potensi pengendalian kebakaran dan kecelakaan di depo dan kilang minyak yang menjadi wilayah tanggung jawabnya,” katanya.

“Menuntut PT Pertamina Patra Niaga Jatim, Bali dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) yang notabene punya Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) atau Depo Pertamina di Jalan Perak Barat, Surabaya, yang berdekatan dengan pemukiman warga untuk turut aktif dalam upaya mitigasi risiko,” pungkas Rilo.

Pertamina Klaim Sudah Melakukan Sosialisasi

Kampung padat penduduk di area Depo Pertamina Perak Surabaya letaknya berada di Kelurahan Perak Utara, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya. Tepatnya, di sisi Selatan Depo pengisian bahan bakar Pertamina.

Section Head Communication and Relation Pertamina Patra Niaga Jatim Balinus, Taufik Kurniawan mengklaim pihaknya sudah sering mengedukasi warga terkait mitigasi kebencanaan warga dengan kondisi yang ada.

“Dengan kondisi perumahan (warga,red) yang ada, kita jadikan sebagai pendekatan kita latih inovasi sehingga harapannya mereka ketika terjadi situasi darurat contohnya kebakaran itu sudah lebih siap siaga,” kata Taufik, sebagaimana dinukil dari CNN Indonesia.

Selain itu, di tempat pemukiman warga, Dia menambahkan, juga Pertamina memberikan access point. Seperti, jalur evakuasi darurat ketika ada kebakaran. Namun, pernyataan Taufik ditampik oleh, Sholeh, Kepala Rukun Tetangga (RT) setempat. 

Menurut Sholeh, sosialisasi yang dimaksud pihak Pertamina hanyalah secarik kertas larangan menyulut petasan atau mercon pada momen tertentu. “Selebihnya tidak ada. Pelatihan kebencanaan misalnya,” terangnya.  

Sosialisasi bencana itu katanya Sholeh, seingatnya cuman dilakukan satu tahun dua kali, ketika mau tahun baru dan hari raya. “Memberi edaran itu pun kadang nggak ketemu saya dititipkan ke anak saya edaran itu,” tegasnya.

Dia pun merasa khawatir, sebab lokasinya sangat rentan terhadap dampak ketika ada kebakaran. “Warga tidak tahu harus berbuat apa ketika peristiwa kebakaran di depo Pertamina Plumpang terjadi di tempat tinggal mereka,” serunya.

Pasalnya, jalur evakuasinya di perkampungan tersebut menurutnya, hanya dipisahkan gang yang selebar 1 meter. “Artinya tanpa pengetahuan jalur evakuasi yang tepat warga bisa terjebak ketika terjadi kebakaran,” tandas Sholeh.

Senada, Suryati, warga setempat mengatakan, bisa saja kebakaran terjadi di pemukiman dan merembet ke depo. Namun, jika belum ada alat pemadaman akan makin besar. “Kalau kita yang beli kan nggak mungkin,” pungkasnya. 

Warga mengaku, tidak punya pilihan apalagi harus pindah dari lokasi tersebut meski mengetahui resiko apa yang mereka hadapi. Sebab, rata-rata warga sudah mendiami kawasan ini selama 40-50 tahun.