Rapid Test Covid-19 Produksi BPPT Lebih Sensitif daripada Impor
Berita Baru, Jakarta – Alat tes cepat atau Rapid Diagnostic Test (RDT) Kit yang akan diproduksi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam waktu dekat diklaim lebih sensitif daripada alat rapid tes impor.
BPPT menyatakan Sensitivitas tersebut dikarenakan dalam proses pengembangann RTD menggunakan strain virus orang Indonesia.
“Kami targetkan sensitivitas RDT akan lebih tinggi dalam mendeteksi Covid-19 di Indonesia dengan menggunakan strain virus dari pasien positif Indonesia. Tentu hal ini berbeda dengan RDT kit yang diproduksi luar negeri, karena kit impor tersebut menggunakan strain virus dari negara lain,” kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam keterangan tertulisnya yang dikutip CNNI (16/4).
Saat ini BPPT membuat dua tipe RDT kit yaitu, RDT deteksi antibodi IgG/IgM, dan RDT deteksi antigen micro-chip.
Produksi Massal
Dalam proses produksi massal BPPT bekerjasama dengan Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19) sebagai bagian dalam Konsorsium Covid-19 yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
“Mohon dukungan dan doa dari semua pihak, agar RDT deteksi antibodi IgG/IgM dapat diproduksi bulan Mei. Saat ini kami terus melakukan percepatan pengembangan purwarupa RDT IgG IgM, dan RDT micro-chip,” ujar Hammam.
Upaya pengembangan RDT kit, lanjut Hammam akan terus dilakukan oleh BPPT bersama TFRIC19 yang salah satunya dari UGM, ITB, dan industri.
“Kami akan terus mengakselerasi, agar produk ini dapat segera digunakan untuk mendukung percepatan penanganan pandemik virus COVID-19 secara nasional,” ujar Hammam.
Alat RDT kit ini akan diproduksi dalam bentuk strip. Produk karya anak bangsa ini akan mampu mendeteksi secara cepat dalam waktu 5-10 menit dengan meneteskan darah atau serum pada alat RDT IgG/IgM.
Sementara, untuk RDT micro-chip adalah alat deteksi antigen yang menggunakan micro-chip. Alat tersebut dapat mendeteksi dini keberadaan virus Covid-19 pada pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP) atau orang tanpa gejala (OTG).
Alat yang menggunakan sensor Surface Plasmon Resonance (SPR) ini dalam satu micro-chip dapat mendeteksi 8 sampel sekaligus dengan sampel bisa langsung dari swab.
“Saat ini progress pengembangan kedua tipe RDT kit masih dalam tahap desain dan akan diuji validasi dengan menggunakan isolat RNA, yang dimiliki oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan dan juga LBM Eijkman,” pungkasnya.