Rana Kapoor ditangkap karena Kasus Pencucian Uang YES BANK
Berita Baru, Internasional – Pada tanggal 5 Maret, Bank Sentral India menangguhkan permintaan dewan pemberi pinjaman sektor swasta YES Bank. Hal itu dikarenakan YES Bank telah “mengalami penurunan yang stabil, yang sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan pihak bank untuk meningkatkan modal dalam rangka mengatasi potensi kerugian pinjaman.” Sehari kemudian, Reserve Bank of India juga mengumumkan rencana rekonstruksi untuk bank.
Badan intelijen ekonomi India, Direktorat Penegakan atau Enforcement Directorate (ED) melakukan penyelidikan khusus terkait tuduhan pencucian uang terhadap Rana Kapoor, seorang promotor dari YES Bank.
Lalu pada hari Minggu (8/3), setelah lebih dari sehari diinterogasi, Rana Kapoor ditangkap dengan tuduhan mendapatkan suap lebih dari 80 juta dollar dari Dewan Housing Finance Corporation (DHFC).
Menurut laporan media, ED dijadwalkan membawa Kapoor ke pengadilan pada hari Minggu (8/3). Times of India melaporkan bahwa YES Bank mengeluarkan pinjaman 600 juta dollar kepada DHFC. Dan juga mereka mengeluarkan pinjaman lain lebih dari 100 juta dollar kepada anak perusahaan real estat DHFC.
ED menuntut Kapoor atas penipuan karena menerima suap dari DHFC melalui sebuah perusahaan Shell yang dikendalikan olehnya dan anak perusahaannya. Akibatnya, DHFC gagal dalam melakukan pembayaran pinjaman.
Pada hari Sabtu (7/3), Reserve Bank of India (RBI) mengumumkan rencana untuk melakukan rencana rekonstruksi “untuk kepentingan umum dan untuk kepentingan para deposan bank.” Mereka juga akan memberikan batas bulanan (perkiraan) 675 dollar dalam penarikan pemegang rekening.
Lalu pada hari yang sama (7/3) sebagai bagian dari rencana rekonstruksi tersebut, State Bank of India yang dikelola pemerintah mengumumkan rencana untuk membeli hingga 49 persen dari ekuitas di YES Bank. RBI telah mendekati beberapa calon investor untuk mau membeli saham mereka sebagai pemberi pinjaman swasta.
YES Bank, yang berkantor pusat di ibukota ekonomi India, Mumbai, telah menghadapi masalah mengenai kualitas asetnya, dengan beban besar kredit macet yang menyebabkan tekanan pada neraca. Akhir-akhir ini, meskipun sudah berusaha, namun bank tersebut tidak mendapatkan investor untuk menopang basis modalnya.
Penerjemah | Ipung |
Sumber | Sputnik News |