Ramadan ke-15: Antara #TanggaRuhani al-Faqr, al-Gina’, dan al-Murad
Berita Baru, Ramadan – Istilah Faqr kerap dipahami sebagai mereka yang tidak memiliki harta atau mereka yang miskin, padahal arti sebenarnya tidaklah mengarah ke situ.
Seperti disampaikan Oman Fathurahman dalam #TanggaRuhani ke-48, al-Faqr (fakir) lebih tepat kita pahami sebagai kebutuhan yang mendalam pada Allah.
“Artinya sama-sama butuh, tetapi pada Allah, bukan harta benda,” kata Oman pada Selasa (27/4).
Menjadi Al-Faqr dalam definisi ini tidaklah mudah, apalagi ketika kondisi kita sedang berlimpah harta. Saking beratnya bahkan oleh al-Sinkili, al-Faqr ini dijelaskan pula sebagai puncak akhlak yang mencerminkan capaian persinggahan tangga rohani.
Identik dengan al-Faqr adalah #TanggaRuhani ke-49 al-Gina’. Kaya yang dimaksud dalam al-Gina’ bukanlah kaya harta melainkan hati dan jiwa.
Maksudnya, Oman melanjutkan, seorang yang kaya adalah mereka yang merasa cukup hanya dengan Allah. Mereka tidak membutuhkan apa pun di luar Allah.
Saat kita misalnya sudah tidak menginginkan, bahkan membutuhkan, apa pun selain Allah, entah itu mobil, jabatan, popularitas, dan semacamnya, maka di situlah pada dasarnya kita kaya.
Pada akhirnya, dua utas sufi ini membimbing siapa pun yang menjalankannya pada #TanggaRuhani ke-50 al-Murad (yang dikehendaki), yaitu terbukanya kemungkinan buat kita semua untuk diangkat derajatnya menjadi lebih tinggi.
Pengangkatan seperti ini bisa beragam tergantung pada kehendak Allah, tapi yang jelas hal tersebut mungkin terjadi dan biasanya oleh orang-orang yang sama sekali tidak menginginkannya.
“Apa yang dialami Nabi kan begini. Beliau tidak pernah berharap dipilih untuk menerima wahyu berupa Al-Quran, namun beliau dikehendaki menerimanya, jadi jika sudah al-Murad, siapa yang bisa menolak?” Tandas Oman.