Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Rakernas V Lesbumi-NU: Tauhid Menumbuhkan Kebudayaan, Menyuburkan Pohon Kehidupan

Rakernas V Lesbumi-NU: Tauhid Menumbuhkan Kebudayaan, Menyuburkan Pohon Kehidupan



Berita Baru, Jakarta – Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (Lesbumi-NU) akan menggelar Rapat Kerja Nasional V dan Temu Nasional Seni Budaya Muslimin Indonesia 2022, pada hari Jumat hingga Minggu, 2-3 Desember 2022.

Bertempat di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rakernas V Lesbumi PBNU ini mengusung tema ‘Tauhid Menumbuhkan Kebudayaan, Menyuburkan Pohon Kehidupan’.

Ketua Umum Lesbumi, M. Jadul Maula mengatakan bahwa, pada Rakernas tahun ini pihaknya akan merumuskan berbagai langkah nyata berdasarkan identifikasi persoalan, baik dalam hal keorganisasian maupun kebudayaan secara luas. 

“Selanjutnya, kami dapat membuat solusi dan acuan kerja bersama. Harapannya akan lahir berbagai resolusi terkait beragam masalah yang dihadapi dalam bingkai kebudayaan,” ungkapan pria yang akrab disapa Kang Jadul itu, dalam siaran persnya, Kamis (1/11).

Pihaknya memastikan, selain perwakilan Lesbumi di wilayah dan cabang (PWNU dan PCNU) se-Indonesia dan PBNU, acara ini juga melibatkan beberapa ahli dan tokoh untuk memberi sumbangan gagasan, serta pihak pemerintah sebagai pengambil dan pelaksana kebijakan negara. 

Kang Jadul menegakan, Lesbumi siap bekerjasama dengan berbagai pihak, baik dari lembaga-lembaga internal PBNU, lembaga-lembaga kebudayaan dalam negeri dan luar negri, para ahli yang mendedikasikan diri mereka dalam kebudayaan, hingga pihak pemerintah sebagai pelaksana konstitusi dan pengambil kebijakan. 

Hal itu demi penguatan kapasitas Lesbumi sebagai sebuah lembaga kebudayaan dengan cakupan nasional yang turut andil dalam pemajuan kebudayaan nasional. “Kerjasama akan saling menguatkan satu sama lain, memperlancar agenda pemajuan kebudayaan nasional, serta meningkatkan kapasitas kita sebagai sebuah bangsa,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua PWNU Lesbumi DKI Jakarta, H Ahmad Yusuf, selaku tuan rumah Rakernas V Lesbumi PBNU menuturkan bahwa acara di Setu  Babakan dirasa cocok untuk kegiatan yang melibatkan banyak budayawan dan pengamat budaya secara nasional. 

“Selain tempatnya luas, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan juga menjadi ruang reka cipta kebudayaan Betawi, salah satu pusat kebudayaan Betawi,” katanya.

Menurutnya, beragam kesenian khas Betawi akan ditampilkan dalam kegiatan ini, seperti palang pintu, tradisi lisan yang sudah menjadi warisan budaya tak benda Indonesia, lalu ada ketimpring, tarian pembuka khas Betawi, orkes gambus, dan masih banyak lagi.

Rakernas V Lesbumi-NU: Tauhid Menumbuhkan Kebudayaan, Menyuburkan Pohon Kehidupan

Peran Lesbumi bagi Kebudayaan Indonesia

Ketum Lesbumi PBNU, Jadul Maula menjelaskan bahwa Lesbumi-NU dalam rentang sejarahnya, telah memiliki peran dalam pelestarian kebudayaan Indonesia sebagai sebuah bangsa. 

“Peran tersebut dilakukan dengan mengambil pandangan secara seimbang antara nilai-nilai tradisi yang dianggap relevan dan luhur, nilai-nilai global yang selaras dengan karakter dan perilaku bangsa, serta Pancasila sebagai orientasi dan landasan kepentingan nasional kita,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak Yogyakarta itu.

Ia juga menuturkan, bahwa pandangan tersebut diambil dengan menggunakan pasal dalam kaidah-kaidah ushul fiqh sebagai mekanisme pengambilan keputusan dalam Islam. Yaitu, almuhaafadzatu alal qadiimis shalih wal akhdzu bil jadiidil ashlah, yang artinya melestarikan warisan lama yang baik dan menambahkan hal baru yang lebih baik lagi.

Kang Jadul menambahkan, ada banyak agenda yang akan dibahas dalam Rakernas dan Temu Nasional, satu di antaranya adalah fikih kebudayaan demi pemajuan kebudayaan. 

“Kita tahu, peran Nahdlatul Ulama dalam sejarah Indonesia berangkat dari mekanisme pengambilan keputusan dalam Islam yang mengatur tugas dan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama  manusia, dan alam, yaitu ushul fiqh atau teori hukum Islam yang komprehensif dengan menimbang sumber sakral, sosio-kultural, ekonomi, dan politik demi mencapai kemaslahatan yang sebanyak-banyaknya dan risiko sekecil-kecilnya bagi umat manusia dan lingkungan yang dihuni,” ujarnya.

Dengan melakukan pembahasan melalui ushul fiqh, lanjutnya, pemajuan kebudayaan akan memiliki kekuatan secara religio-legal serta mendapat dukungan otoritas keagamaan dalam Islam. Pada saat yang sama, melalui fikih kebudayaan agama ikut mengembangkan dirinya agar tetap relevan dan menjadi solusi dari berbagai masalah yang dihadapi dan bukan bagian darinya.

”Pembahasan ini tentu merangkul sejumlah ahli yang kompeten dalam bidang agama, seni, dan kebudayaan secara luas demi menghasilkan visi yang arif, luas, dan maslahat bagi umat manusia dan khususnya bangsa Indonesia,” kata Jadul.

Sementara itu, Ketua Panitia Pengarah Rakernas dan Pengurus Lesbumi PBNU, Abdullah Wong mengatakan, perjalanan Lesbumi sebagai organisasi seni-budaya sangat dinamis, karena faktor internal dan eksternal.

“Beberapa faktor internal antara lain bentuk organisasi Lesbumi yang besar mulai pusat hingga daerah, sumber daya manusia yang belum merata, serta model tata kelola organisasi yang belum efisien,” jelasnya.

“Adapun beberapa faktor eksternal seperti posisi kebudayaan yang belum dianggap penting dalam agenda nasional Indonesia, relasi NU dan pemerintah yang mengalami pasang-surut sejak Orde Lama, Orde Baru, hingga pasca Reformasi, serta kompleksitas dan majemuknya masalah kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia,” sambung Abdullah Wong.

Marginalisasi Kebudayaan 

Kebudayaan merupakan wahana yang melingkupi keseluruhan hidup manusia. Namun, kebudayaan belum menjadi prioritas utama dalam agenda strategis nasional dibanding ekonomi, teknologi, pertahanan dan lain sebagainya. Akibatnya, berbagai faktor lain tersebut diraih dan diimplementasikan di luar kerangka kebudayaan sehingga sering tidak selaras dengan manusia yang menjalaninya.

Sekretaris Lesbumi PBNU, Inayah Wulandari Wahid menyampaikan, praktik marginalisasi kebudayaan tersebut bukan hanya fenomena nasional namun global. Kebudayaan dapat mengambil posisi sebagai wahana diplomasi di tengah situasi internasional yang sedang mengalami ketegangan, mualaf dari politik, ekonomi hingga militer.

“Untuk membangun hubungan saling memahami dan menerima antar manusia dan bangsa serta menawarkan visi tata kehidupan yang konsisten, adil, dan manusiawi,” ungkat Putri Presiden Gus Dur itu melihat.

Inayah melihat visi tersebut dapat dilakukan dengan jalan memajukan kebudayaan di berbagai sektor. “Dalam Temu Nasional Seniman Budayawan NU 2022, pemajuan kebudayaan akan menjadi semangat utama untuk melakukan akselerasi agar kebudayaan bisa mendapat tempat yang layak dalam agenda strategis nasional,” jelasnya.

“Oleh karena itu, kami akan membahas berbagai topik secara seksama demi menghasilkan rumusan yang menjawab berbagai tantangan mutakhir di bidang kebudayaan,” tegas Inaya.