Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Gelar Simposium, R20 PWNU DIY Tegaskan Masalah Ekologi Jadi Problem Bersama
Gelar Simposium, R20 PWNU DIY Tegaskan Masalah Ekologi Jadi Problem Bersama (istimewa)

Gelar Simposium, R20 PWNU DIY Tegaskan Masalah Ekologi Jadi Problem Bersama



Berita Baru, Nasional – PWNU DIY sukses mengelar simposium Religion 20 (R20) yang mempertemukan para pemuka agama, termasuk penghayat, untuk mencari solusi dari permasalahan kerusakan lingkungan atau ekologi.  

Forum dengan tema “Mencari Jawaban Agama atas Krisis Iklim” itu berlangsung di University Hotel UIN Sunan Kalijaga, DIY, pada Sabtu (18/2) yang dihadiri 19 tokoh dari perwakilan agama resmi dan penghayat lokal di tingkat DIY-Jateng.

Saat ditanya mengenai kebijakan negara yang menyebabkan kerusakan ekologi, Hairus Salim selaku perwakilan dari PWNU DIY, menyatakan jika problem tersebut menjadi masalah bersama. Termasuk dengan forum R20 PWNU DIY ini, bakal memberikan kritik dalam arah pembangunan dan bentuk-bentuk kebijakan yang selama ini dibuat.

“Tentu saja secara umum, bahwa memang krisis iklim ini diantaranya disebabkan oleh industrialisasi yang massif, pertambangan, sawit, dan lain-lain. Itu cukup tegas, dan yang menarik bahwa poin itu muncul dari temen-temen kalangan agama. Jadi, nsyaallah ada kritiklah terhadap itu. Tentu saja, sifat kritik kami ini mengingatkan,” tegas Hairus Salim pada Sabtu (18/2).

“Bahwa masalah ini selain harus diatasi bersama, kita harus mengkritik arah pembangunan dan bentuk-bentuk kebijakan yang selama ini dibuat. Kebahagiaan atau kegembiraan kita, karena dapat dari sesuatu yang mengeksploitasi dari alam, itu sebenarnya, enggak seberapanya nanti dengan penderitaan yang harus ditanggung baik karena sumber daya itu sendiri terbatas, juga karena dampak-dampaknya sangat luas. Banjir, longsor, dan lain-lain,” pungkasnya.  

R20 PWNU DIY dilangsungkan dalam dua hari. Yakni pada Sabtu (18/2) mempertemukan para pemuka agama dalam membuat program-program penjagaan lingkungan.

Sedangkan pada hari Minggu (19/2) diisi dengan melakukan kunjungan ke komunitas bantaran sungai Gajah Uwong untuk melihat dan menyaksikan praktik adaptasi atas ancaman bencana yang dilakukan oleh komunitas sekaligus melangsungkan deklarasi bersama pemuka agama atas krisis iklim.