Qatar Dapat Izin dari Taliban untuk Melanjutkan Evakuasi
Berita Baru, Doha – Qatar mencapai kesepakatan dengan Taliban untuk melanjutkan evakuasi warga Afghanistan, mengakhiri perselisihan yang mengakibatkan jeda selama berbulan-bulan, menurut kantor berita lokal Axios.
Dengan mengutip wawancara dengan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani pada Senin (31/1), Axios melaporkan bahwa Qatar dan Taliban setuju untuk mengoperasikan dua penerbangan sewaan Qatar Airways per minggu.
Kesepakatan itu diharapkan memungkinkan ribuan warga Afghanistan dan warga asing yang rentan dapat dievakuasi dari negara yang sedang mengalami krisis kemanusiaan, menyusul pengambilalihan Kabul oleh Taliban pada Agustus 2021.
Selain itu, menurut laporan Axios, AS juga berencana untuk meningkatkan upaya evakuasi warga.
Qatar sejak September mengoperasikan penerbangan yang berbahaya dan sporadis dari Kabul.
Namun, penerbangan tersebut telah dihentikan pada awal Desember di tengah perselisihan dengan Taliban mengenai penumpang yang diizinkan dalam penerbangan tersebut.
Wawancara Axios dengan Sheikh Mohammed mengikuti pertemuan di Gedung Putih pada hari Senin (31/1) antara Presiden AS Joe Biden dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.
Para pejabat AS telah berulang kali memuji peran Qatar dalam melayani sebagai perantara dengan Taliban, yang memerangi AS selama 20 tahun di Afghanistan.
AS, yang tidak secara resmi mengakui Taliban sebagai pemerintah yang sah di negara itu, pada November mengumumkan Qatar akan menjadi perwakilannya di Afghanistan.
Selama pertemuan tersebut, Biden juga memberi tahu pemimpin Qatar bahwa pemerintahannya berencana untuk menunjuk negara Teluk, rumah bagi Komando Pusat militer AS di kawasan itu, sebagai “sekutu utama non-NATO”.
Qatar adalah negara kedua di Teluk, setelah Kuwait, yang menerima penunjukan tersebut.
Status itu akan memberi Qatar hak istimewa ekonomi dan militer khusus dalam hubungannya dengan AS.
AS dan negara-negara Barat lainnya telah berada di bawah tekanan untuk meningkatkan evakuasi warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan asing di negara itu dan dianggap sangat mungkin menjadi sasaran Taliban.
Para advokat mengatakan puluhan ribu warga Afghanistan yang memiliki hubungan dekat dengan militer AS tetap berada di negara itu.