Protes Terus Bergulir, Warga Myanmar Gelar ‘Aksi Diam’ di Seluruh Wilayah
Berita Baru, Internasional – Pada hari Jumat (10/12), warga Myanmar menggelar ‘aksi senyap’ di jalan-jalan kecil di seluruh Myanmar untuk memprotes pemerintah militer, beberapa hari setelah pembantaian penduduk desa yang memicu kecaman internasional.
Laporan pembunuhan 11 penduduk desa, termasuk anak-anak, di wilayah Sagaing pada hari Selasa, digambarkan oleh AS sebagai “kredibel militer yang memuakkan”. Seorang juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) memperingatkan adanya peningkatan serius dalam pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar.
Seperti dilansir dari The Guardian, militer yang berkuasa telah menangkap penduduk desa, menembak mereka dan membakarnya. Berdasarkan sebuah video dan foto yang diperlihatkan oleh media lokal independen memperlihatkan mayat-mayat yang terbakar di desa Don Taw.
OHCHR menyerukan tanggapan internasional yang “tegas dan terpadu”. Ini juga merujuk pada serangan militer baru-baru ini terhadap sekelompok kecil pengunjuk rasa damai dan tidak bersenjata yang berkumpul di Yangon pada 5 Desember. Sebuah kendaraan militer menabrak kelompok itu dan melepaskan tembakan, sehingga menewaskan lima orang, menurut laporan media setempat.
“Serangan-serangan ini keji, sama sekali tidak dapat diterima, dan mengabaikan nilai-nilai umum kemanusiaan,” kata Rupert Colville, juru bicara OHCHR.
Di media yang dikendalikan negara, militer menanggapi kritik internasional dengan menuduh pejabat PBB dan lainnya ikut campur dalam urusan dalam negeri Myanmar dan merujuk pada “berita yang menyimpang”. Mereka membantah laporan pembantaian di Don Taw dan malah menuduh “media penghancur bangsa” menerbitkan laporan palsu.
Pada hari Jumat, “aksi diam” terjadi di banyak wilayah di Myanmar, dengan bisnis tutup antara pukul 10 pagi dan 4 sore untuk menandakan pembangkangan sipil terhadap junta.
Di Yangon, jalan-jalan yang biasanya padat menjadi sepi, sementara deretan toko dan bisnis tutup. Seorang pemimpin protes terkemuka, Min Han Htet, memposting gambar jalan-jalan kosong di media sosial dengan pesan: “Kami adalah satu organisme”.
Aktivis terkemuka Thet Swe Win mengatakan di media sosial bahwa, di beberapa kota, tentara telah menyita properti bisnis yang telah ditutup, dan pemilik bisnis telah dipaksa untuk muncul dan ditangkap.
Protes hari Jumat dilaporkan terjadi di kota kedua Myanmar, Mandalay, dan di kota-kota di seluruh wilayah Sagaing, wilayah Bago, wilayah Ayeyarwaddy, negara bagian Shan, dan wilayah Magwe.
Protes massal yang menyebar ke seluruh Myanmar setelah kudeta dihancurkan dengan kekerasan mematikan oleh militer. Namun, oposisi tetap meluas dan orang-orang terus menemukan cara baru yang damai untuk melawan junta. Perlawanan bersenjata yang terdiri dari kekuatan pertahanan rakyat juga telah muncul.
Sejak kudeta pada 1 Februari, militer telah menewaskan sedikitnya 1.323 orang, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebuah kelompok advokasi yang memantau kematian dan penangkapan. 7.881 lainnya saat ini ditahan.