Produksi Minyak AS Tak Mampu Mencukupi Kebutuhan Negara-negara Eropa
Berita Baru, Internasional – Beberapa negara Eropa telah menyatakan niatnya untuk meninggalkan minyak dan gas Rusia sebagai tanggapan atas peluncuran operasi militer Moskow ke Ukraina. Sementara negara-negara Barat menggambarkan aktivitas militer tersebut sebagai “invasi”, Moskow menekankan bahwa tujuannya adalah untuk mengakhiri penderitaan yang dialami orang-orang Donbass selama delapan tahun terakhir.
Seperti dilansir dari Sputnik News, perusahaan-perusahaan minyak AS sejauh ini mengabaikan permintaan minyak dari Eropa karena berjanji untuk berhenti membeli minyak Rusia dan mendorong pembukaan sumur minyak baru.
Menurut 141 perusahaan minyak yang telah disurvei oleh Federal Reserve Bank of Dallas pada bulan Maret, kebanyakan dari mereka khawatir bahwa pembukaan sumur minyak baru akan mendorong harga di bawah $56 per barel yang diperlukan untuk mencapai titik impas pada ekstraksi minyak serpih. Baik perusahaan energi maupun investor khawatir periode harga minyak yang tinggi tidak akan bertahan lama untuk menutupi biaya pengeboran sumur baru.
Di antara alasan lain tentang mengapa peningkatan produksi minyak AS melandai dalam beberapa bulan terakhir adalah kurangnya tenaga kerja dan pasir, yang secara aktif digunakan untuk memecahkan ladang serpih dan mengekstraksi minyak darinya.
The New York Times mencatat bahwa sebagai akibat dari ketakutan dan kekhawatiran ini, kecil kemungkinan perusahaan-perusahaan Amerika akan meningkatkan produksi minyak mentah mereka dalam dua tahun terdekat.
Pada saat yang sama, negara-negara Uni Eropa saat ini terlibat dalam membahas paket sanksi baru terhadap Rusia, yang dilaporkan mungkin termasuk larangan pembelian minyak Rusia, yang saat ini berjumlah sekitar empat juta barel per hari. Sementara tingkat produksi minyak mentah AS saat ini tidak dapat menggantikan volume sebesar itu dan hanya mampu memproduksi sekitar 200.000 barel selama kuartal terakhir.
Negara-negara Eropa berharap dapat menggantikan minyak Rusia dengan membelinya dari pemasok lain, khususnya AS, setelah presidennya berjanji akan membantu.