Presiden Rouhani: UEA dan Bahrain akan Menanggung ‘Konsekuensi’ Kesepakatan dengan Israel
Berita Baru, Internasional – Pada hari Rabu (16/9), Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain akan bertanggung jawab atas segala ‘konsekuensi’ yang dihasilkan dari normalisasi hubungan mereka dengan musuh bebuyutan Iran, Israel.
Pernyataan Presiden Rouhani itu muncul sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para menteri luar negeri Bahrain dan UEA menandatangani perjanjian untuk membangun hubungan diplomatik penuh pada upacara Gedung Putih.
Berbicara pada pertemuan kabinet, Presiden Rouhani mengatakan Israel ‘melakukan lebih banyak kejahatan di Palestina setiap hari.’
“Beberapa negara di kawasan itu, rakyatnya adalah Muslim yang taat tetapi penguasa mereka tidak memahami agama atau utang [mereka] … kepada bangsa Palestina, kepada saudara-saudara mereka yang berbicara dalam bahasa mereka,” katanya dalam sambutan yang disiarkan televisi, dilansir dari Aljazeera.
“Bagaimana Anda bisa mengulurkan tangan Anda ke Israel? Dan kemudian Anda ingin memberi mereka pangkalan di wilayah itu? Semua konsekuensi parah yang akan muncul dari ini ada pada Anda,” kata Presiden Rouhani.
Pernyataan Presiden Rouhani itu juga hampir bersamaan dengan insiden pesawat Israel membom sasaran Hamas di Jalur Gaza yang sedang terkepung.
Serangan Israel menyusul roket yang ditembakkan dari Gaza sementara kesepakatan normalisasi dengan dua negara Arab ditandatangani di Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan serupa yang ditengahi Washington diharapkan antara Israel dan beberapa negara Arab lainnya, termasuk saingan regional Iran, Arab Saudi.
“Setelah beberapa dekade perpecahan dan konflik, kami menandai fajar Timur Tengah baru,” kata Presiden Trump.
Warga Palestina yang mencari negara merdeka yang mencakup Tepi Barat dan Gaza yang diduduki secara ilegal memandang kesepakatan normalisasi sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka.
Kepemimpinan Palestina menginginkan negara merdeka berdasarkan perbatasan de facto sebelum perang 1967, di mana Israel menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza dan mencaplok Yerusalem Timur.
Negara-negara Arab telah lama menyerukan penarikan Israel dari tanah yang sudah diduduki secara ilegal, solusi yang adil bagi pengungsi Palestina dan penyelesaian yang mengarah pada pembentukan negara Palestina merdeka yang layak sebagai imbalan untuk membangun hubungan dengannya.
Iran sebelumnya telah memperingatkan Bahrain bahwa kesepakatannya menjadikannya mitra bagi ‘kejahatan’ Israel dan menuduh UEA mengkhianati dunia Muslim.
Pada 2016, Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan UEA menurunkan hubungan di tengah meningkatnya ketegangan antara Riyadh dan Teheran.
Bahrain yang diperintah Sunni telah menghadapi kerusuhan berkepanjangan di antara komunitas Syiahnya yang besar yang secara konsisten disalahkan pada Iran.