Presiden Jokowi Happy! 4,8 Juta Wanita Hamil, Tak Ada Resesi Seks di Indonesia
Berita Baru, Jakarta – Resesi seks saat ini menjadi tantangan tersendiri di setiap negara. Resesi seks bisa terjadi di negara manapun, termasuk Indonesia, hal ini karena gaya hidup hingga tuntutan pekerjaan yang membuat rasa enggan berhubungan seks semakin besar.
Kendati demikian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, Indonesia tidak mengalami resesi seks. Sebagaimana tercermin dari angka total fertility rate atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan selama masa reproduksi, yang telah tumbuh 2,1%.
Selain itu, jumlah pernikahan di Indonesia juga cukup besar mencapai 2 juta per tahun dengan angka kehamilan mencapai 4,8 juta jiwa.
“Artinya Indonesia tidak ada resesi seks. Masih tumbuh 2,1%, ini masih bagus,” kata Presiden Jokowi saat membuka Rapat Kerja Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKB), (25/1).
Presiden Jokowi menegaskan kondisi ini cukup bagus. Karena jumlah penduduk menjadi kekuatan ekonomi sebuah negara. “Tapi yang paling penting memang kualitas. Bayi atau ibu hamil harus diberikan protein, ikan, telur,” sambungnya.
Sebelumnya, pada kesempatan itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengungkapkan, resesi seks bisa saja terjadi di Indonesia. Namun, prosesnya masih panjang dan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Menurut Hasto, saat ini masyarakat Indonesia masih banyak yang melangsungkan pernikahan. Pun, kebanyakan pasangan yang sudah menikah di tanah air bersifat prokreasi atau hubungan suami istri yang bertujuan menghasilkan keturunan sebagai generasi penerus.
“Potensi (resesi seks) itu ada. Ada ya, tapi sangat panjang, karena kan usia pernikahan semakin lama semakin meningkat. (Ini bicara) pernikahan lho bukan seks,” jelas Hasto.
Mundurnya usia pernikahan, kata Hasto biasanya terjadi karena salah satu pasangan ingin terlebih dahulu menempuh studi, karier, dan sebagainya.
Di Indonesia, kata Hasto memang cukup banyak yang telah menunda memiliki anak dan menikah. Terutama masyarakat di kota-kota besar.
Misalnya wanita, saat ini lebih mementingkan kesejahteraan dan kualitas hidup bersama pasangannya. Sementara pria yang memilih tidak memiliki anak, biasanya hanya mementingkan kebutuhan menyalurkan gairah seksual dalam hubungan pernikahan.
Tentunya jika hal ini terus terjadi dan makin banyak, bukan tidak mungkin resesi seks bisa terjadi di Indonesia.
“Jadi bisa saja terjadi minus growth atau zero growth sekarang ini kan beberapa daerah sudah minus growth, zero growth seperti beberapa kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah minus growth jumlah anaknya sedikit,” tegasnya.