Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Presiden Joe Biden Serukan Penghancuran Hamas dan Hizbullah
Presiden AS, Joe Biden (Foto: Reuters)

Presiden Joe Biden Serukan Penghancuran Hamas dan Hizbullah



Berita Baru, Jakarta – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam sebuah wawancara dengan CBS 60 Minutes, mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan terkait konflik antara kelompok Hamas di Palestina dan Israel.

Biden menyatakan bahwa Hamas dan Hizbullah harus dimusnahkan. Namun, ia juga menekankan perlunya otoritas Palestina dan jalan menuju negara Palestina. Pernyataan ini menjadi sorotan dalam konteks eskalasi konflik di Timur Tengah.

Biden, saat ditanya apakah ia meyakini bahwa Hamas harus dimusnahkan seluruhnya, menjawab, “Ya, tetapi perlu ada otoritas Palestina. Perlu ada jalan menuju negara Palestina.”

Selain itu, Biden menyoroti pentingnya penghancuran Hizbullah dan Hamas, namun ia mengkritik pendudukan kembali Gaza oleh Israel. Ia menyebutnya sebagai kesalahan, mengingat sejarah perang di kawasan tersebut.

Israel menduduki Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur pada 1967, tetapi mereka menarik pasukan dari wilayah itu pada tahun 2005. Namun, pada 2007, Hamas mengambil alih Jalur Gaza dalam perang saudara.

Israel baru-baru ini meminta penduduk Gaza untuk pindah karena mereka berencana melancarkan serangan besar-besaran ke daerah yang dikuasai oleh Hamas. Konflik ini telah berlangsung selama beberapa pekan dan menyebabkan ribuan korban.

Selain menghadapi Hamas, Israel juga menghadapi ancaman dari milisi yang berbasis di Lebanon dan kelompok di Suriah yang meluncurkan roket ke wilayah Israel.

Penasihat Keamanan Gedung Putih, Jake Sullivan, juga menyoroti risiko eskalasi konflik dan kemungkinan keterlibatan Iran dalam situasi ini. “Ada risiko eskalasi konflik, pembukaan front kedua di utara dan, tentu saja, keterlibatan Iran,” kata Sullivan.

Hamas dan Hizbullah adalah kelompok yang didukung oleh Iran. AS telah mengerahkan dua kapal induk dan ribuan pasukan ke Laut Mediterania sebagai respons terhadap eskalasi konflik. Washington juga berencana mengirim sekitar 2.000 personel untuk membantu kebutuhan medis dan logistik Israel, sebagai upaya untuk mencegah keterlibatan Iran lebih lanjut dan menjaga stabilitas di kawasan tersebut.