Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Potensi Pasar Digital di Indonesia Cukup Besar

Potensi Pasar Digital di Indonesia Cukup Besar



Berita Baru, Jakarta – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) gelar International Webinar bertajuk ‘Inclusive Digital Transformation’, pada Kamis (8/12). Hadir sebagai pemateri diantaranya, Amanah Ramadiah (Researcher at FNA), Eisha Maghfiruha Rachbini (INDEF), Megha Nath (Climate Advisor of Centre for Global Affairs and Public Policy Manager at Institute for Sustainable Community), Siti Aziza (Deputy of Entrepreuneurship Ministry of Coomperatives and SMEs).

Pada kesempatan itu, Amanah Ramadiah menjelaskan bahwa finance gap di Indonesia sangat besar, hanya menyuplai 0.25% dari kebutuhan pembiayaan. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan advancing economies. 

“Dalam pembiayaan, UMKM terkendala dengan kelayakan kredit karena tidak punya legalitas atau tidak memiliki sejarah kredit, kedua hal tersebut yang menjustifikasi apakah UMKM layak dapat kredit atau tidak,” tuturnya.

Dengan demikian, ia memandang semakin terintegrasi finance gap ke dalam sistem keuangan global, maka akan diikuti oleh semakin tingginya terkena risiko sistemik di sektor keuangan. Sehingga hal ini perlu sistem yang dapat memberikan peringatan dini terhadap terjadinya sebuah krisis. 

“Perkembangan fintech dan techfin memudahkan sistem pembayaran antara UMKM dengan pembeli. Saat ini banyak fintech dan techfin yang ikut dalam keuangan digital,” tuturnya

Sementara itu, Eisha Maghfiruha Rachbini menuturkan, pertumbuhan digital ekonomi tumbuh cepat ketika pandemi. Indonesia ukuran ekonomi digitalnya paling tinggi di ASEAN (39% share-nya), dan hal ini akan terus meningkat jika terus sustain. 

“E-commerce tumbuh dengan pesat di Indonesia ketika pandemi. Digital payment tumbuh dengan cepat. Potensi terus tumbuh ke depan karena GDP per kapita juga akan naik. Indonesia keluar dari negara berkembang di 2045. Hal ini sejalan dengan rencana target pembangunan,” ujarnya.

Ia melihat potensi digital ekonomi di tanah air didukung oleh populasi, penggunaan internet, koneksi telepon genggam, dan teknologi ICT mutakhir. Pada roadmap digital, UMKM ditargetkan masuk digitalisasi sebanyak 30 juta unit usaha UMKM. Kontribusi UMKM besar di Indonesia terhadap pembentukan PDB dan penyerapan tenaga kerja. Sektor yang paling banyak di UMKM adalah perdagangan. 

“UMKM banyak yang masih berada dalam sektor informal yang modalnya rendah, sulit akses pembiayaan, produktivitas rendah, kurang kemampuan untuk berkembang, dll,” katanya.

Sementara itu, tantangan digital ekonomi salah satunya adalah kontribusi yang rendah terhadap PDB, infrastruktur terbatas, literasi digital rendah, produktivitas dan ketimpangan digital tinggi.

Ia merekomendasikan adanya peningkatan infrastruktur digital, akselerasi legalitas UMKM, peningkatkan skill digital, mendorong kebijakan UMKM inklusif, peningkatan akses pembiayaan, serta adanya kolaborasi antar dan intern kementerian/lembaga pemerintah dan platform digital.

Lebih lanjut, Megha Nath 

During the pandemic MSME’s lost their market and haven’t back to the initial state before pandemic. Digitalization of MSME’s can accelerate the recovery and so by doing clean energy transition on MSME’s. Digitalization not only make efficiency but also open wider access for financing after during pandemic MSME’s rely on government’s help. 

“Bagaimana mendorong UMKM di India?  UMKM granted subsidi, dibangun new business model dengan teknologi, dibangun blockchain sehingga akan lebih mudah pengiriman barang jasa untuk umkm yang melakukan ekspor.  Meningkatkan akuntabilitas dengan digitalisasi,” tuturnya.

Siti Azizah pun menyampaikan, UMKM banyak didominasi oleh unit usaha mikro, berada di sektor informal, literasi usaha rendah, dan akses pembiayaan rendah. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional besar (terhadap PDB, tenaga kerja,dll) kecuali kontribusi ekspor yang masih rendah, dibandingkan dengan negara lain juga masih rendah. 

“Potensi digital ekonomi digawangi oleh e commerce dapat mencapai 130 triliun do 2025. Indonesia sudah punya roadmap digitalisasi and target, salah satunya 30 juta UMKM melakukan transformasi digital dengan memasuki platform digital di 2024,” katanya.

Sehingga penting adanya kolaborasi untuk mencapai target. Kolaborasi 41 stakeholder dengan 109 program untuk menmdorong transformasi digital. Hingga Agustus 2022 sudah ada 20,24 juta UMKM masuk digitalisasi. 

Diantaranya, mempersiapkan ketahanan dari UMKM, salah satunya dengan transformasi digital agar efisiensi pasar, produksi hingga pembiayaan.  UMKM tidak bisa rely on foreign market, untuk umkm bisa menyasar market Indonesia yang besar. 

Pembekalan pada wirausaha, katanya, diberi pengetahuan tentang ekosistem, dimulai saat akan menjadi wirausaha akan diberi konseling menggali ide produk. Kemudian akan dihubungkan dengan incubator kemudian dihubungkan dengan aspek pembiayaan. 

“Data UMKM terbatas seperti saya di Jawa Tengah.  Data memang belum terstandarisasi dan terintegrasi. Sejak tahun lalu dilakukan integrated data tunggal. Melakukan survey ke lapangan langsung. Sehingga tahun depan bisa rilis awal tahun depan untuk hasil awal,” pungkasnya.