Politik Identitas Jadi Tantangan Pemilu 2024
Berita Baru, Jogja – Politik identitas kerap dimainkan dalam isu-isu kampanye para caleg menjelang Pemilu. Entah menggunakan suku, ras, agama, atau bentuk apa pun dari identitas masyarakat, para caleg bakal menggunakan identitas-identitas tersebut untuk meraih simpati dan suara ketika pemilihan.
Di saat yang sama, massifnya penggunaan media sosial membuat para caleg sering menggunakan piranti tersebut sebagai sarana kampanye. Masyarakat perlu hati-hati, apalagi identitas-identitas yang melekat di masyarakat itu bersifat sakral dan bisa memicu perpecahan bila merasa dihina.
Dengan melihat demikian, Srikandi Lintas Iman dan Madrasah Damai mengadakan acara yang bertajuk “Training of Trainers (TOT) Media Sosial Sebagai Ruang Dialog”. Acara yang berlangsung pada 14 – 17 Juni 2023 bertempat di Hotel HOM Premiere Yogyakarta yang difasilitasi oleh 3 KAICIID Fellows yakni Wiwin Siti Aminah Rohmawati, Kamilia Hamidah dan Zon Vanel serta Agus Mulyadi sebagai narasumber utama.
Training tertutup ini dihadiri oleh 10 peserta, 5 orang perwakilan dari Srikandi Lintas Iman dan 5 orang perwakilan dari Komunitas Madrasah Damai.
Srikandi Lintas Iman dan Madrasah Damai menyoroti perihal tren religius yang kerap ditampilkan menjelang Pemilu.
“Namun demikian, tren peningkatan religiusitas akan mempengaruhi politisi partai nasional yang menggunakan agama dan identitas untuk mendapatkan dukungan dari pemilih dan organisasi Islam untuk menjaring konstituen baru,” bunyi rilis resmi acara yang dikutip Beritabaru.co pada Sabtu (17/6).
Dengan melihat kenyataan seperti itu, Srikandi Lintas Iman dan Madrasah Damai merasa perlu adanya pelatihan dalam melihat media sosial sebagai sarana komunikasi paling massif di era sekarang.
Bahkan, orang-orang yang sudah mengikuti acara tersebut diharapkan bisa menyebarkan literasi damai serta melek media sosial di lingkungan sekitar mereka.
“Berdasarkan argumen ini, Madrasah Damai, Srikandi Lintas Iman, dan Pusat Studi Agama Pluralisme dan Demokrasi UKSW merasa ada kebutuhan untuk mengadakan pelatihan trainer Sosial Media Sebagai Ruang Dialog”.
“Pelatihan ini, diharapkan akan menjadikan peserta memiliki kemampuan untuk menjadi trainer yang dapat mengidentifikasi dan memahami tantangan Pemilu yang akan datang untuk kemudian dapat memberikan modul pelatihan kepada komunitas lokal mereka untuk mempromosikan pendidikan pemilih dan membangun kesadaran untuk kampanye politik damai.”
“Selain itu, inisiatif ini tidak hanya untuk tujuan pemilu mendatang, tetapi juga untuk membangun kesadaran yang lebih luas, pemikiran kritis, perspektif tentang keragaman, inklusivitas melalui pendekatan dialog agama-agama.”