Polisi Selandia Baru Bunuh ‘Ekstremis Gila’ yang Menikam Enam Orang di Supermarket, PM Adern: Bukan Agamanya Tapi Individunya
Berita Baru, Wellington – Polisi Selandia Baru menembak mati pelaku penikaman yang melukai sedikitnya enam orang di supermarket New Lynn, kata Perdana Menteri Jacinda Ardern, menambahkan bahwa itu bukan agamaya tetapi individunya, Jumat (3/9).
“Itu penuh kebencian, itu salah. Itu dilakukan oleh individu, bukan agamanya,” kata Ardern. “Akan salah untuk mengarahkan rasa frustrasi kepada siapa pun di luar individu ini.”
Pelaku penikaman itu diketahui merupakan seorang warga negara Sri Lanka yang telah berada di Selandia Baru selama 10 tahun.
Adern mengatakan pelaku terinspirasi oleh kelompok militan Negara Islam dan dipantau terus-menerus.
“Seorang ekstremis yang kejam melakukan serangan teroris terhadap warga Selandia Baru yang tidak bersalah,” kata Ardern dalam sebuah pengarahan dilansir dari Reuters.
“Dia jelas adalah pendukung ideologi ISIS,” imbuhnya, mengacu pada organisasi ekstrimis Islam Irak.
Adern tidak menyebutkan nama pelaku. Ia menambahkan bahwa pelaku telah menjadi ‘orang yang menarik”” selama sekitar lima tahun dan dia telah terbunuh dalam waktu 60 detik setelah memulai serangannya di kota Auckland.
Polisi yang mengikuti pria itu mengira dia pergi ke supermarket New Lynn untuk berbelanja tetapi ia kemudian mengambil pisau dari pajangan untuk membunuh.
Seorang saksi mata, Michelle Miller mengatakan kepada outlet berita online Stuff bahwa setelah mengambil pisau, pelaku mulai “berlari seperti orang gila” menikam orang.
Seorang saksi mengatakan kepada New Zealand Herald bahwa penyerang meneriakkan “Allahu akbar” (Tuhan Maha Besar).
“Kami benar-benar melakukan segala kemungkinan untuk memantaunya dan fakta bahwa kami dapat melakukan intervensi begitu cepat, dalam waktu sekitar 60 detik, menunjukkan seberapa dekat kami mengawasinya,” kata Komisaris Polisi Andrew Coster mengatakan dalam briefing publik.
Selandia Baru telah waspada terhadap serangan para ekstrimis Islam sejak 15 Maret 2019 saat seorang pria bersenjata supremasi kulit putih menewaskan 51 orang di dua masjid di kota Christchurch.
Saat ditanya apakah serangan hari Jumat itu bisa menjadi balas dendam atas penembakan masjid 2019, Ardern mengatakan masih belum jelas. Pria itu sendiri yang bertanggung jawab atas kekerasan, bukan agama, katanya.
Kronologi Penikaman
Sebuah video yang diposting di media sosial menunjukkan pembeli di supermarket beberapa detik setelah penyerang menyerang.
“Ada seseorang di sini dengan pisau … dia membawa pisau,” terdengar seorang wanita berkata. “Seseorang ditikam.”
Seorang penjaga meminta orang-orang untuk meninggalkan pusat perbelanjaan sesaat sebelum sekitar 10 tembakan cepat terdengar.
Dari enam orang yang terluka, tiga dalam kondisi kritis, satu dalam kondisi serius dan dua dalam kondisi sedang, kata layanan ambulans St John.
Saksi lain, Amit Nand, mengatakan kepada Newshub bahwa dia telah melihat penyerang dan menyuruhnya untuk menjatuhkan pisau sebelum polisi tiba.
“Polisi yang menyamar ini mendatangi saya … saya akan memukulnya …. Polisi itu seperti ‘mundur’ dan dia mulai menembaknya,” kata Nand.
Gamal Fouda, imam masjid Al Noor, target utama pria bersenjata di Christchurch pada 2019, mengatakan nasionalis kulit putih dan ISIS sama-sama mendukung kebencian.
“Kami patah hati tapi kami tidak patah hati lagi… Kami berdiri bersama para korban insiden mengerikan itu,” katanya.