Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Susilo Bambang Yudhoyono
(Foto:Istimewa)

Polemik Iran-Amerika, SBY Tak Yakin Terjadi Perang



Berita Baru, Nasional – Polemik yang terjadi di antara Iran dan Amerika pasca tewasnya Jenderal Soleimani meresahkan masyarakat dunia, pasalnya hal ini dianggap sebagai awal Perang Dunia tiga.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan pihaknya tidak terlalu yakin bahwa krisis yang terjadi di Timur Tengah akan menjurus kepada perang besar.

“Namun, saya punya hak untuk cemas dan sekaligus menyerukan kepada para pemimpin dunia agar tidak abstain, dan tidak melakukan pembiaran” tulisnya dalam akun Facebook pribadinya, Selasa (07/1).

Menurutnya para pemimpin dunia ini tidak boleh hanya tinggal diam, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) haruslah segera bertindak.

“Terlalu berbahaya jika nasib dunia, utamanya nasib 600 ratus juta lebih saudara-saudara kita yang hidup dan tinggal di kawasan itu, hanya diserahkan kepada para politisi dan para jenderal Amerika Serikat, Iran dan Irak” tegasnya.

SBY mengungkapkan agar Iran, Ira, Amerika, maupun dunia pada umumnya untuk mencegah dan menghindari terjadinya peperangan, mengingat penduduk di daerah tersebut sudah cukup mengalami penderitaan.

“Saya orang biasa dan tak punya kekuasaan yang formal. Namun, sebagai warga dunia yang mencintai perdamaian dan keadilan, secara moral saya merasa punya kewajiban untuk “to say something” imbuhnya.

Tanggapan SBY

Lebih lanjut, menurut SBY tidak mudah dalam melakukan hal ini, karena Iran yang sangat merasa diinjak-injak harga dirinya pasca tewasnya Jenderal Soleimani yang sangat dicintainya. Namun, Iran juga harus mengingat bahwa ia pernah menyandra 52 oranf warga AS selama 444 hari di Kedubes mereka pada tahun 1979-1981.

Mantan Presiden ke-6 Indonesia itu membandingkan kondisi dunia pada saat ia memimpin indonesia selama 10 tahun yang pada saat itu kondisi dunia masih dalam kondisi baik dan hangat.

“”Kehangatan dan kedekatan” di antara pemimpin dunia masih terasa. Misalnya, meskipun ada perbedaan kepentingan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok dan Rusia, namun para pemimpinnya masih membuka ruang untuk berdialog dan berkolaborasi untuk kepentingan bersama” katanya.

SBY berharap akhir dari permasalahan yang sangat memuncak ini akan berakhir dengan kesepakatan besar, sebuah kesepakatan yang strategis dan adil.

“Tentu ada “take and give” diantara mereka. Elemennya bisa soal sanksi ekonomi, pengembangan nuklir Iran, komitmen untuk tidak saling menyerang aset dan objek militer masing-masing”

“Semoga yang akan datang adalah yang membawa harapan baik, bukan sebaliknya, sebuah malapetaka dan titik gelap dalam sejarah kemanusiaan” pungkasnya.