Polemik Hilirisasi Nikel: Politik Elit dan Bisnis yang Menyengsarakan Rakyat
Berita Baru, Jakarta – Polemik antara Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dan co-captain Timnas AMIN Thomas Lembong terkait hilirisasi nikel menjadi sorotan. Meski terkesan sebagai perdebatan kepentingan industri, nyatanya, rakyat dan lingkungan menjadi korban praktik hilirisasi nikel yang memiskinkan dan merusak.
Menurut Juru Kampanye Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Alfarhat Kasman, bahwa semua pihak, termasuk Tom, kurang memperhatikan realitas di lapangan.
“Hilirisasi itu telah memicu perluasan pembongkaran nikel yang berdampak pada lenyapnya ruang produksi warga, pencemaran sumber air dan perairan laut, perusakan kawasan hutan yang memicu deforestasi, terganggunya kesehatan warga, hingga kekerasan dan kriminalisasi, serta kecelakaan kerja yang berujung pada kematian,” ungkap Alfarhat Kasman dalam siaran pers JATAM, Jumat (26/1/2024)/
Dalam berbagai kawasan industri seperti PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), PT Gunbuster Nickel Industry, Virtue Dragon Nickel Industry, hingga Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), dampak buruk hilirisasi nikel terasa nyata. Elit politik yang tengah berkompetisi di Pemilu 2024 seolah abai terhadap realitas ini.
Keterkaitan Bahlil Lahadalia dengan PT Meta Mineral Pradana dan Luhut Binsar Pandjaitan dengan PT Energi Kreasi Bersama (Electrum) menambah kompleksitas isu ini. Saling “serang” di antara elite politik tampak lebih berfokus pada kepentingan bisnis dan politik mereka masing-masing, daripada menanggapi penderitaan rakyat.
“Parahnya lagi, gaduh nikel ini demi meraup keuntungan politik di Pemilu 2024, bukan dalam rangka mengatasi penderitaan dan kerusakan lingkungan akibat proyek hilirisasi,” tambah Kasman.
Kontroversi terkait penggunaan nikel oleh Tesla tidak mengubah fakta di lapangan. Pembongkaran nikel terus berlanjut, tanpa perhatian pada derita rakyat dan kerusakan lingkungan. Sementara politik elit dan bisnis terus saling serang, rakyat menjadi korban dari ketidakpedulian terhadap dampak nyata praktik hilirisasi nikel.