PLTS Atap Jadi Pilihan Energi Terbarukan
Berita Baru, Jakarta – Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pegunungan, pesisir, dan kepulauan menjadi tantangan dalam penyediaan energi. Model penyediaan energi terpusat yang saat ini digunakan, memiliki risiko jika terjadi gangguan pada satu bagian transmisi. Pada Juni 2024, gangguan seperti ini terjadi di Sumatera, mempengaruhi seluruh sistem.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pendekatan pembangkit energi terdesentralisasi dengan memanfaatkan sumber energi lokal seperti energi surya menjadi solusi potensial. Potensi energi surya di Indonesia mencapai 3.000-20.000 GWp. Menurut YLKI, penggunaan energi terbarukan seperti energi surya merupakan tanggung jawab konsumen untuk mewujudkan pola konsumsi yang berkelanjutan.
“Salah satu sumber EBET yang tersedia dan mudah diakses konsumen adalah energi surya. YLKI mendorong semua pihak untuk menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif, sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengakses dan menginstalasi energi surya untuk memenuhi kebutuhan energi mereka,” jelas Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI.
Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, menyebutkan bahwa energi surya merupakan sumber energi yang demokratis. “Dari beragam contoh pengembangan energi surya di Indonesia, terdapat empat catatan penting untuk memastikan dampaknya berkelanjutan, yaitu (1) berorientasi pada pengguna dan dampaknya, (2) identifikasi sistem yang sesuai dengan konteks lokal, (3) pendampingan berkelanjutan bagi komunitas dan masyarakat, serta (4) pengelolaan yang profesional,” kata Citra.
Edukasi publik tentang PLTS juga penting. Minimnya pengetahuan publik mengenai energi berkelanjutan akan berbanding lurus dengan permintaan, sehingga diperlukan upaya edukasi melalui berbagai medium dengan bahasa yang mudah dipahami.
“Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Koaksi Indonesia tahun 2019 diketahui bahwa 64% responden pernah melihat teknologi energi terbarukan, namun tidak merasa relevan dengan kehidupan sehari-hari,” kata Fitrianti Sofyan, Manajer Komunikasi dan Kampanye Koaksi Indonesia.
Rahmi Handayani, Vice President Penjualan PT PLN (Persero) menjelaskan bahwa minat masyarakat terhadap PLTS atap meningkat. Dari 2018 hingga 2024, jumlah pelanggan PLTS atap naik 15 kali, dari 609 menjadi 9.324 pelanggan. Kapasitas juga meningkat dari 2 MWp pada 2018 menjadi 197 MWp pada 2024, naik 98 kali lipat.
“Minat masyarakat pada PLTS atap tinggi juga. Terlihat dari kuota PLTS atap pada Juli 2024 yang terjual sebanyak 88 persen atau 901 MWp,” kata Rahmi.
Potensi pemanfaatan energi surya dalam berbagai kondisi dan tren adopsi PLTS atap menunjukkan peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir. Kerjasama berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan pihak-pihak terkait diperlukan untuk mengedukasi dan mendampingi masyarakat dalam memanfaatkan energi surya.