Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

PLN Listrik Hijau

PLN Siap Penuhi Kebutuhan Listrik Hijau untuk Sektor Industri



Berita Baru, Jakarta – PT PLN (Persero) menegaskan kesiapan mereka dalam memenuhi kebutuhan listrik hijau untuk sektor industri di Indonesia melalui layanan Green Energy as a Service (GEAS). Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen PLN untuk menyediakan listrik bersih yang berasal dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Komitmen tersebut disampaikan dalam acara “Green Energy Buyers Dialogue” yang dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dalam Just Energy Transition Partnership (JETP). Acara ini dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Indonesia, International Partners Group (IPG), Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), perbankan swasta internasional dan domestik, serta pelaku usaha, pada Jumat (12/07) di Jakarta.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menekankan bahwa PLN berkomitmen untuk merespons perubahan industri global menuju nol emisi, sejalan dengan upaya Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.

“Sejalan dengan tingginya komitmen sektor industri untuk mendukung dekarbonisasi di Indonesia, PLN menyediakan listrik hijau lewat Renewable Energy Certificate (REC) sebagai produk GEAS yang diakui secara internasional. Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt hour (MWh) yang digunakan berasal dari pembangkit EBT atau non-fosil,” jelas Darmawan.

Untuk memastikan ketersediaan listrik hijau, PLN terus meningkatkan kapasitas pembangkit EBT di seluruh Indonesia. Hingga tahun 2023, kapasitas pembangkit EBT PLN telah mencapai 8.786 megawatt (MW), terdiri dari pembangkit berbasis hidro sebesar 5.777 MW, panas bumi sebesar 2.519 MW, dan sisanya dari tenaga surya, angin, serta biomassa.

Tidak hanya itu, PLN bersama Pemerintah juga tengah memfinalisasi peningkatan bauran EBT dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penambahan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru. Targetnya, penambahan kapasitas pembangkit di Indonesia ke depan akan ditopang oleh EBT.

“Jadi, mulai hari ini hingga tahun 2040, penambahan kapasitas sebesar 21 Gigawatt (GW) berasal dari pembangkit listrik tenaga gas, 28 GW dari tenaga surya dan angin, 31 GW dari tenaga air dan panas bumi, 2,4 GW dari energi baru,” tutur Darmawan.

Salah satu pelanggan REC PLN, PT Hindo (H&M Group Indonesia), yang diwakili oleh Stakeholder Engagement and Sustainability Manager, Anya Sapphira, menyatakan bahwa layanan listrik hijau PLN telah mampu memenuhi kebutuhan H&M sebagai perusahaan fashion global yang berkomitmen untuk mencapai NZE. Ia menegaskan bahwa dukungan PLN tersebut memungkinkan H&M menjalankan proses produksi yang berkelanjutan.

“Kami membutuhkan banyak bantuan dalam regulasi dan infrastruktur terkait EBT. Karena H&M memiliki komitmen untuk mengatasi perubahan iklim. Sehingga, emisi dalam rantai pasok menjadi penting bagi kami yang bekerja sama dengan 58 pabrik independen di Indonesia dan melibatkan tak kurang dari 90 ribu pekerja,” jelas Anya.

Kepala Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP), Paul Butarbutar, mengungkapkan bahwa JETP bersama mitra global mendukung penuh pengembangan ekosistem EBT di Indonesia. Ia menyatakan bahwa JETP bersama dengan IPG siap mendukung pendanaan untuk proyek hijau yang dikembangkan PLN.

“Inilah daftar proyek prioritas yang telah kami diskusikan dengan rekan kami dari IPG dan juga dari PLN. Jadi, kami dengan senang hati jika rekan-rekan dari industri, dari asosiasi atau pengembang yang ingin proyeknya dibiayai,” ucap Paul.

Director of the Southeast Asia Energy Division at the Asian Development Bank (ADB), Andrew Jeffries, menambahkan bahwa berbagai upaya PLN dalam meningkatkan pemanfaatan EBT sudah sesuai dengan agenda transisi energi global. Ia berharap PLN tidak hanya mampu menyediakan listrik bersih untuk industri, tetapi juga meningkatkan perekonomian.

“Kami punya sejarah panjang bekerja sama dan mendukung PLN di sektor energi. Kami berkomitmen untuk membantu Indonesia dan negara berkembang lainnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,” pungkas Andrew.