Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

EBT
Ilustrasi pembangkit listrik (Foto: Istimewa)

PLN Kebut Sejumlah Proyek Pembangkit Listrik EBT



Berita Baru, Jakarta – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan akan mempercepat program transisi dengan membangun pembangkit listrik dari energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Mega Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, ada 21 proyek EBT yang akan dibangun PLN di tahun depan. Proyek-proyek ini sudah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, dalam menggenjot penggunaan energi bersih.

“Dalam RUPTL kami berkomitmen bahwa penggunaan energi bersih akan lebih banyak. Langkah ini kami lakukan untuk mencapai karbon netral pada 2060,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Jumat (26/11).

Proyek EBT yang akan dikembangkan PLN yaitu proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air yang tersebar di Sumatra, Sulawesi, dan Jawa dengan kapasitas 490 megawatt (MW). Kemudian proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan total kapasitas sebesar 195 MW.

“Kami membuka peluang kerja sama seluas luasnya bagi semua pihak yang ingin bekerja sama mengembangkan pembangkit EBT,” kata Wiluyo.

Selain itu, PLN juga akan mengembangkan PLTBio tersebar dengan kapasitas total hampir 20 MW. Perusahaan pelat merah itu juga akan menggenjot penggunaan energi surya dengan PLTS di beberapa kepulauan, lokasi tersebar termasuk program konversi PLTD sebesar 500 MW dengan lokasi tersebar, serta pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan proyek EBT lainnya.

“Kami juga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG) yang sudah beroperasi pada tahun ini di Pasir Mandoge dan Arung Dalam dengan masing-masing kapasitas dua MW,” jelas Wiluyo.

Presiden Jokowi sebelumnya menegaskan, Indonesia bertekad menghentikan penggunaan energi fosil secara penuh. Namun, perusahaan BUMN seperti PLN dan Pertamina masih memanfaatkan energi fosil seperti bisnis biasa, terlebih masih mengimpor minyak. Secara umum, Kepala Negara menyebut, 67 persen energi nasional masih disuplai batu bara atau coal, lalu fuel sebanyak 15 persen, dan gas delapan persen.

“Masalah neraca ini sudah berpuluh-puluh tahun tak bisa diselesaikan karena persoalan impor minyak nasional terlalu besar sekali,” katanya dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden.