Petani Pakel Banyuwangi, Serukan Solidaritas Untuk Warga Wadas
Berita Baru, Jakarta – Seruan Solidaritas untuk Warga Wadas penolak tambang batuan andesit terus bermunculan. Salah satunya datang dari Petani Pakel, Licin, Banyuwangi, Jawa Timur.
Diunggah akun Twitter bernama @SudirmanAsun, sebuah video menunjukkan gerakan “Rakyat bantu Rakyat” dari Sedulur Rukun Tani Sumberejo Pakel untuk Warga Desa Wadas, Purworejo Jawa Tengah.
“SERUAN SOLIDARITAS SAVE WADAS dari Sedulur Rukun Tani Sumberejo Pakel, Desa Pakel, Licin, Banyuwangi. PANJANG UMUR PERJUANGAN,” tulis @SudirmanAsun, Kamis (10/2).
Dalam video yang ia unggah, petani pakel mendesak agar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo segera mencabut dan menghentikan aktifitas rencana penambangan di tanah Wadas.
Mereka menilai, aktivitas rencana penambangan telah merampas ruang hidup dan kehidupan warga. Selain itu juga berdampak terhadap rusaknya alam Wadas yang dapat mengancam keselamatan masyarakat Wadas setiap saat.
“Stop pengukuran tanah di Desa Wadas. Tarik polisi dari Wadas,” tegas Petani Pakel saat membacakan solidaritasnya untuk perjuangan warga Desa Wadas.
Sebelumnya, ribuan polisi dikerahkan ke Desa Wadas, untuk mendampingi Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengukur lahan untuk kepentingan proyek Bendungan Bener.
Meski demikian, para aparat justru melakukan kekerasan kepada warga. Menangkap total 67 orang warga Desa Wadas. Beberapa di antaranya adalah lansia dan anak-anak.
Meski puluhan orang yang amankan telah dipulangkan, aktivitas warga Desa Wadas berhenti total setelah peristiwa kemarin.
Bahkan, akun Twitter Wadas Melawan kembali melaporkan kondisi terkini di wilayah tersebut. Ia menyebut pagi tadi datang 10 truk polisi yang membawa aparat bersenjata lengkap.
“Sampai saat ini Wadas masih dikepung ratusan aparat dan preman-preman. Mencekam,” tulus @wadas_melawan.
Bahkan Wadas Melawan juga melaporkan bahwa warga Wadas kembali menerima intimidasi dari aparat dan petugas agar warga bersedia menandatangani persetujuan tambang.
“Hari ini warga Wadas kembali menerima intimidasi. Aparat dan petugas mendatangi rumah-rumah warga kontra tambang memaksa warga menandatangani persetujuan tambang,” katanya.
Lebih lanjut ia menyebut kejadian itu di luar perkiraan warga dan LBH Yogyakarta sebagai kuasa hukumnya.
“Mereka menggerakkan kurang lebih 10 personil aparat dan beberapa petugas di setiap rumah. Hal ini semakin memperparah ketakutan dan trauma warga,” tukas Wadas Melawan.
Dikutip dari CNN Indonesia, Kabid Humas Polda Jateng Kombes Iqbal Alqudussy mengklaim pernyataan kedatangan 10 truk polisi tersebut bohong atau kabar hoax.
“Yang benar hari ini ada pengukuran terakhir BPN, kunjungan komisi 3, dan bakti sosial dari Polri dan instansi terkait,” ujar Iqbal saat dikonfirmasi, Kamis (10/2).