Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pesantren Tebu Ireng Tuntut Kemendikbud Minta Maaf Terkait Hilangnya KH Hasyim Asy’ari di Kamus Sejarah Indonesia

Pesantren Tebu Ireng Tuntut Kemendikbud Minta Maaf Terkait Hilangnya KH Hasyim Asy’ari di Kamus Sejarah Indonesia



Berita Baru, Jakarta – Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam salinan yang beredar diketahuti tidak memuat peran Nahdlatul Ulama dan KH Hasyim Asy’ari dalam memerdekaan Indonesia.

Merespon hal tersebut, Pesantren Tebuireng Jombang menegaskan bahwa naskah tersebut sungguh tidak layak untuk dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia, karena banyak berisi materi dan framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama, terutama peran Hadlratus Syaikh KH Mohammad Hasyim Asy’ari.

“Di antara framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama sebagaimana dimaksud dalam butir 1 (satu) di atas adalah tidak adanya lema Nahdlatul Ulama dan KH. Hasyim Asy’ari dalam Jilid I dan Jilid II Kamus Sejarah Indonesia tersebut,” demikian dikutip dari rilis resmi Pesantren Tebuireng, Rabu (21/4).

Mereka menilai, narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sejarah, karena cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi yang lain.

“Hal ini menunjukkan bahwa naskah tersebut tidak layak menjadi rujukan para praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Di luar itu, banyak kelemahan substansial dan redaksional yang harus dikoreksi dari konten Kamus Sejarah Indonesia tersebut,” jelasnya.

“Berkenaan dengan hal-hal tersebut, Pesantren Tebuireng Jombang menuntut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menarik kembali naskah tersebut dan meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas kecerobohan dan kelalaian dalam penulisan kamus sejarah tersebut,” pungkasnya.