Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Harga Minyak
(Foto: Sputnik)

Pertama Kali Sejak 2002: Harga Minyak WTI Berjangka Turun di Bawah $25 Per Barel



Berita Baru, Internasional – Harga minyak berjangka (oil futures) mengalami penurunan drastis sejak minggu lalu setelah OPEC+ gagal melakukan kesepakatan mengenai pembatasan dan pemotongan produksi minyak di tengah krisis global atas virus korona.

Kegagalan OPEC+ dalam menyepakati itu mendorong Arab Saudi untuk menyatakan perang harga minyak dengan Uni Emirat Arab, sementara Rusia malah bergerak untuk lebih meningkatkan produksi minyak beberapa juta barel per hari.

Dalam bursa perdagangan minyak pada Rabu (18/3), harga minyak mentah WTI, yang merupakan salah satu dari beberapa tolok ukur utama dalam harga minyak, telah jatuh di angka 25,08 dollar per barel, merosot ke indikator terendah sejak November 2002.

Penurunan 5+ persen harga untuk May Futures sedikit lebih tinggi di hari Selasa (17/3) di angka 25,55 dollar. Tolok ukur harga minyak lain, termasuk Brent, juga mengalami penurunan pada hari Rabu (18/3), yang tergelincir 4,85 persen menjadi 27,34 dollar per barel.

Para analis mengaitkan penurunan permintaan minyak dengan kekhawatiran pandemi virus korona, yang telah memaksa negara-negara dengan industri besar untuk menutup pabrik dan masuk ke mode penguncian.

Para analis juga mengaitkan penurunan permintaan minyak dengan perselisihan Saudi-Rusia di awal bulan Maret mengenai pengurangan dan pembatasan produksi minyak yang berakhir nihil, malahan kedua pihak saling berlomba-lomba memperbanyak produksi minyak.

Pada hari Rabu sore waktu Moskow, OPEC turun turun 3,5 persen dan diperdagangkan pada 30,65 dollar per barel, sementara Benchmark Ural turun 3,4 persen menjadi 27,40 dollar per barel.

Perusahaan jasa dan analitik keuangan S&P Global yang berbasis di Amerika Serikat memperkirakan pada hari Selasa (17/3) bahwa kekhawatiran akan virus korona kemungkinan akan menyebabkan resesi global akhir tahun ini:

(Sebab) negara-negara di seluruh dunia akan membuat langkah-langkah pendanaan darurat kepada bank dan perusahaan-perushaan untuk mencoba mengurangi beban ekonomi selama epidemi berlangsung.

Di AS, Presiden Trump mengumumkan bahwa pemerintah AS akan memberikan paket langkah-langkah fiskal sebesar 800 miliar dolar pada hari Senin (16/3) dalam upaya untuk menopang arus kas dan likuiditas.

Di Inggris, Raya Rishi Sunak selaku Menteri Keuangan Britania pada hari Selasa (16/3) mengumumkan akan memberikan paket dukungan terhadap ekonomi Inggris yang katanya kini dalam kondisi ‘tak terbayangkan” sebelumnya.

Di Rusia, Kabinet Rusia dan Bank Sentral Rusia pada hari Selasa (16/3) juga mengumumkan langkah-langkahnya sendiri untuk memastikan stabilitas ekonomi dan keuangan.

Sementara itu, Cina, sebagai negara pertama yang terdampak virus korona, telah melakukan upaya untuk memulai kembali pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua di tengah upaya berkelanjutan untuk menangani virus korona.


SumberSputnik News