Pertama Kali Sejak 1994, UEA dan Israel Damai
Berita Baru, Internasional – Pada hari Kamis (13/8), Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) mencapai kesepakatan perdamaian bersejarah yang akan mengarah pada normalisasi penuh hubungan diplomatik.
Menurut seorang pejabat senior AS, berdasarkan kesepakatan tersebut, Israel telah setuju untuk melepaskan kedaulatan wilayah Tepi Barat yang disengketakan.
Kesepakatan damai itu adalah hasil dari diskusi panjang antara Israel, UEA, dan AS yang dipercepat baru-baru ini.
Kesepakatan itu disepakati melalui dalam panggilan telepon antara Presiden Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Sheikh Mohammed Bin Zayed, putra mahkota UAE.
“Terobosan BESAR hari ini! Perjanjian Perdamaian Bersejarah antara dua teman BESAR kami, Israel dan Uni Emirat Arab,” cuit Presiden Trump di Twitter.
Para pejabat menggambarkan perjanjian itu, yang dikenal sebagai Abraham Accords, sebagai yang pertama dari jenisnya sejak Israel dan Yordania menandatangani perjanjian damai pada tahun 1994.
Hal itu juga memberi ‘kredit’ kepada Presiden Trump atas keberhasilan kebijakan luar negerinya saat ia berupaya terpilih kembali pada pemilihan presiden AS 3 November mendatang.
Pejabat Gedung Putih mengatakan beberapa orang yang sangat terlibat dalam kesepakatan itu adalah: Jared Kushner selaku penasihat senior Presiden Trump; David Friedman selaku Duta Besar AS untuk Israel; dan Avi Berkowitz selaku utusan Timur Tengah Avi Berkowitz.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O’Brien juga terlibat dalam keberhasilan kesepakatan itu.
Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh ketiga negara tersebut mengatakan bahwa ketiga pemimpin telah ‘menyetujui normalisasi penuh hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab.’
“Terobosan diplomatik bersejarah ini akan memajukan perdamaian di kawasan Timur Tengah dan merupakan bukti diplomasi dan visi yang berani dari tiga pemimpin dan keberanian Uni Emirat Arab dan Israel untuk memetakan jalan baru yang akan membuka potensi besar di wilayah,” tulis pernyataan itu dilansir dari Middle East Monitor.
Lebih lanjut, menurut pernytaan itu, delegasi dari Israel dan Uni Emirat Arab akan bertemu dalam beberapa minggu mendatang untuk menandatangani perjanjian bilateral mengenai investasi, pariwisata, penerbangan langsung, keamanan, telekomunikasi dan masalah lainnya.
Kedua negara diharapkan segera bertukar duta besar dan mendirikan kedutaan besar.
Pernyataan tersebut juga mengatakan bahwa sebagai ‘hasil dari terobosan diplomatik ini dan atas permintaan Presiden Trump dengan dukungan dari Uni Emirat Arab, Israel akan menangguhkan deklarasi kedaulatan’ atas wilayah Tepi Barat yang dibayangkan dalam rencana perdamaian AS seperti yang diungkapkan oleh Presiden Trump pada bulan Januari.
“Israel di masa mendatang akan fokus pada membangun hubungan ini dan mengejar semua keuntungan yang bisa didapat dari memiliki hubungan baru dengan negara ini, dan kami juga (percaya) memecahkan es untuk melakukan lebih banyak normalisasi dan perjanjian perdamaian dengan kawasan lain,” kata seorang pejabat Gedung Putih kepada Reuters.
Di samping itu, kesepakatan tersebut juga bertujuan memberi kesempatan lebih besar kepada kaum Muslim untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem. Dengan demikian, kesepakatan itu memungkinkan kaum Muslim UAE terbang dari Abu Dhabi ke Tel Aviv secara langsung.
Menurut Reuters, Brian Hook menyebut perjanjian ini akan menjadi ‘mimpi buruk’ bagi Iran.
Penasihat Khusus Parlemen Iran, Hossein Amir-Abdollahian mengatakan kesepakatan baru UAE dan Israel ini tidak akan menjamin perdamaian di kawasan itu.
“Langkah Abu Dhabi tidak memiliki pembenaran, berbalik pada perjuangan Palestina. Dengan kesalahan strategis itu, #UAE akan dilalap api Zionisme,” cuit Hossein, Kamis (13/8).
Iran dan Israel adalah musuh bebuyutan. Israel sangat prihatin dengan dugaan upaya Iran untuk mengembangkan senjata nuklir, yang dibantah oleh Teheran.
Iran juga terlibat dalam perang proksi dari Suriah hingga Yaman, di mana UEA telah menjadi anggota utama koalisi pimpinan Saudi yang menentang pasukan sekutu Iran di sana.
Dengan populasi kurang dari 10 juta, namun menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia Arab berkat minyak, UEA telah mengerahkan pengaruh komersial dan militer yang tumbuh di Teluk dan kawasan yang lebih luas selama dua dekade terakhir yang sebagian besar ditujukan untuk menghadapi pengaruh Iran.