Permintaan Daging Babi Melonjak, China Alami Inflasi
Berita Baru, Internasional – Biaya hidup di China telah melampaui target pemerintah 3% untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Sebagian besar masalahnya adalah melambungnya harga daging babi, yang didorong oleh meluasnya wabah demam babi Afrika (ASF).
Krisis daging babi adalah masalah besar di China. Rata-rata orang China dapat mengkonsumsi sekitar 30 kg daging babi per tahun dibandingkan dengan rata-rata konsumsi orang AS yang memakan sekitar 26kg daging sapi per tahun dan konsumen Inggris sekitar 18 kg.
Sejak Agustus 2018, ketika China memberi tahu organisasi kesehatan hewan dunia bahwa ASF ada di negara itu, penyakitnya telah menyebar dengan cepat.
Dilansir dari The Guardian, Minggu (24/11), sekitar 40% babi China kini telah hilang, dan akibatnya harga daging babi meroket. Pemerintah China telah dipaksa untuk menampung cadangan darurat daging beku.
“Harga produsen telah naik 125% sejak Juli,” kata Rupert Claxton dari konsultan makanan internasional Girafood. Peningkatan itu telah membantu menaikkan tingkat inflasi China, yang pada bulan Oktober menembus target pemerintah sebesar 3% hingga mencapai 3,8%.
Zhu Zhenchun, seorang pemilik restoran di Shenzhen, China tenggara, mengatakan kepada Pengamat: “Kami menghabiskan sekitar 10.000 yuan lebih per bulan hanya karena kenaikan harga. Itu setara dengan gaji bulanan untuk dua karyawan restoran.”
“Semua orang tahu ini adalah masalah sekarang. Semua orang berharap harganya akan turun baik sebelum atau sesudah Tahun Baru Cina. Jika tidak, itu dapat membuat beberapa orang berpikir berbeda tentang bisnis mereka,” harapnya.
Tidak hanya itu, aktifitas impor daging babi ke China juga meroket. Pada bulan September tahun lalu, 94 juta kg telah dikapalkan, tetapi krisis ASF telah mendorong impor menjadi 161 juta kg tahun ini.
Pejabat sekarang juga bergegas untuk mensertifikasi pertanian di Brazil, Irlandia dan beberapa negara lain untuk ekspor pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memenuhi permintaan. Dua minggu lalu, mereka mencabut larangan impor dari Kanada.
Akibatnya harga daging babi juga meningkat di luar China. Eropa telah terlihat lonjakan harga setidaknya 35% sejak awal tahun.
“Masalahnya adalah total ekspor daging babi global pada tahun 2018 sebanyak 8 juta ton, dan China kekurangan 24 juta,” kata Claxton. “Tidak ada cukup babi di dunia untuk mengisi kekosongan ini,” tambahnya.
African Swine Fever adalah virus menular yang berakibat fatal bagi babi. Virus ini sangat kuat, bisa bertahan hidup meski sudah dimasak dan diproses, dan akan bertahan dalam daging beku selama beberapa tahun.
Virus ini juga bisa ditularkan langsung antara hewan, atau dengan memberi makan daging yang terinfeksi, dan ada juga kasus pakan ternak yang terinfeksi.
Sumber : The Guardian