Perkuat Manufaktur BUMN, Petrokimia Gresik Tingkatkan Hilirisasi Produk
Berita Baru, Gresik – Petrokimia Gresik, anggota holding Pupuk Indonesia, akan meningkatkan hilirisasi produk untuk mendukung industri manufaktur dalam negeri, terutama yang dilakukan oleh perusahaan BUMN.
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Rahmad Pribadi menyatakan bahwa strategi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang saat ini tengah fokus menumbuh kembangkan sektor industri manufaktur sebagai salah satu motor penggerak ekonomi nasional.
“Petrokimia Gresik memasok Aluminium Flouride (AlF3) dan Purified Gypsum kepada sejumlah perusahaan BUMN. Produk ini merupakan hasil samping (by product) dari proses produksi Asam Fosfat (bahan baku pupuk),” kata Rahmad, dikutip dari Investor.id.
Lebih lanjut Rahmad menuturkan, AlF3 digunakan oleh PT Asahan Aluminium Indonesia (Inalum) sebagai bahan penolong untuk industri peleburan almunium.
Sedangkan Purified Gypsum digunakan sebagai bahan baku oleh industri semen, yaitu Semen Indonesia Group dan PT Semen Baturaja. Kegiatan bongkar muat di pelabuhan Petrokimia Gresik.
Petrokimia Gresik memiliki kapasitas produksi AlF3 sebesar 12.600 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun ini, sekitar 5.000 ton diantaranya dijual kepada PT Inalum.
Selebihnya, akan dipasarkan ke sejumlah negara seperti India, Jepang, Amerika Serikat, dan sejumlah negara di Timur Tengah.
“Ke depan, Petrokimia Gresik akan meningkatkan kapasitasnya menjadi dua kali lipat karena potensi pasarnya masih sangat prospektif,” ujar Rahmad.
Untuk Purified Gypsum, Petrokimia Gresik saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1,5 juta ton per tahun. Pada tahun 2020, sebesar 750 ribu ton diantaranya akan dimanfaatkan untuk mendukung industri Semen Indonesia Group (Semen Tonasa, Semen Gresik, dan Solusi Bangun Indonesia), serta sekitar 80 ribu ton untuk mendukung produksi PT Semen Baturaja.
“Dengan demikian, diferensiasi usaha yang kami lakukan tidak hanya pada produk pupuk saja, melainkan juga pada produk non-pupuk, salah satunya adalah bahan kimia,” tandas Rahmad.
Selain itu, dukungan Petrokimia Gresik terhadap industri manufaktur dalam negeri yang saat ini masih pada tahap perencanaan dan pengembangan dalam program transformasi binis adalah produk Methyl Ester Sulfonate (MES) dan Soda Ash.
Rahmad menjelaskan, MES adalah adalah bio-degradable surfactant yang dikembangkan bersama Surfactant Bioenergy Research Centre Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB).
MES dapat digunakan di sektor migas untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery).
“Ini merupakan terobosan penting yang sangat ditunggu dan diharapkan oleh pelaku industri minyak dan gas di Indonesia,” tandas Rahmad.
Selanjutnya, Petrokimia Gresik juga akan membangun pabrik Soda Ash dengan kapasitas 300 ribu ton. Pabrik ini nantinya akan menjadi yang pertama di Indonesia, dan akan menjadi penopang penting dalam mendukung tumbuh kembangnya industri kaca dan deterjen dalam negeri.
“Melalui program hilirisasi produk ini, harapannya Petrokimia Gresik semakin mampu melaksanakan tugas pokok sebagai penopang ketahanan pangan nasional sekaligus memperkuat struktur industri manufaktur nasional,” tutup Rahmad.