Perjalanan Terakhir Kepausan, Paus Fransiskus Kunjungi Sisa Reruntuhan Gereja yang Dihancurkan ISIS di Mosul
Berita Baru, Internasional – Pada Minggu (7/3), perjalanan kepausan hari terakhir Fransiskus tiba di Irak utara, di reruntuhan gereja yang dihancurkan ISIS. Ia berdoa dan merayakan misa terbuka.
Vatikan berharap kunjungan penting itu dapat mendorong komunitas Kristen Irak untuk tetap tinggal di negara itu meskipun perang dan ketidakstabilan terjadi selama beberapa dekade terakhir.
Paus Fransiskus, seperti dilansir dari The Guardian, juga menyampaikan pesan toleransi dan persaudaraan antar agama kepada para pemimpin Muslim, termasuk dalam pertemuan bersejarah pada hari Sabtu dengan ulama terkemuka Syiah Irak, Ayatollah Ali al-Sistani.
Francis menuju ke kota utara Mosul, yang rusak berat akibat serangan ISIS untuk berdoa bagi para korban perang Irak. Ia berdiri di atas panggung di alun-alun kota yang dikelilingi oleh empat gereja sisa-sisa serangan milik beberapa ritus dan denominasi Kristen Irak. Hadirin menyambutnya dengan haru dan gembira.
ISIS menyerbu Mosul pada Juni 2014 dan mendeklarasikan kekhalifahan dari wilayah Suriah utara jauh ke utara dan barat Irak. Dari masjid Mosul al-Nuri, pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, menyampaikan khotbah Jumat dan mendeklarasikan kekhalifahannya.
Mosul, merupakan pusat perkembangan birokrasi dan keuangan ISIS. Kota itu kemudian dibebaskan pada Juli 2017 setelah pertempuran sengit selama sembilan bulan. Antara 9.000 hingga 11.000 warga sipil tewas, menurut penyelidikan AP pada saat itu. Baghdadi tewas dalam serangan AS di Suriah pada 2019.
Francis kemudian akan melakukan perjalanan dengan helikopter melintasi dataran Nineveh untuk mengunjungi komunitas kecil Kristen Qaraqosh, tempat tempat pelarian para korban dari serangan ISIS pada tahun 2014.
Kedatangannya tidak lain untuk mendengar kesaksian dari penduduk dan berdoa di Gereja Dikandung Tanpa Noda, yang dibakar oleh ISIS dan dipulihkan dalam beberapa tahun terakhir.
Dia akan mengakhiri hari dengan misa di stadion Erbil, di wilayah semi-otonom Kurdi utara, yang diperkirakan akan menarik sebanyak 10.000 orang. Dia tiba di Erbil pada hari Minggu pagi, di mana anak-anak dengan pakaian tradisional menyambutnya dengan gegap gempita.
Irak menyatakan kemenangan atas ISIS pada 2017. Meski kelompok ekstremis itu tidak lagi menguasai wilayah mana pun, mereka masih melakukan serangan sporadis, terutama di utara. Negara itu juga mengalami serangkaian serangan roket baru-baru ini oleh milisi yang didukung Iran terhadap target AS, kekerasan yang terkait dengan ketegangan antara Washington dan Teheran.
Kekuasaan brutal kelompok ISIS selama tiga tahun di sebagian besar Irak utara dan barat, dan kampanye yang melelahkan melawannya, meninggalkan kerusakan besar. Upaya rekonstruksi terhenti di tengah krisis keuangan yang berlangsung bertahun-tahun. Banyak orang Irak harus membangun kembali rumah mereka dengan biaya sendiri.
Minoritas Kristen Irak mengalami pukulan keras. Para militan memaksa mereka untuk memilih antara konversi, kematian atau pembayaran pajak khusus untuk non-Muslim. Ribuan orang melarikan diri, meninggalkan rumah dan gereja yang dihancurkan dan dikuasai oleh para ekstremis.