Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Peringati HUT RI Ke-76, Masyarakat Kopi Yogyakarta Gelar Talk Show

Peringati HUT RI Ke-76, Masyarakat Kopi Yogyakarta Gelar Talk Show



Berita Baru, Yogyakarta – Dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76, Masyarakat Kopi (MASKOP) Yogyakarta menyelenggarakan Talk Show dengan tema “Merawat Pesan, 76 Tahun Republik Indonesia”, bertempat di Gandung Coffee.

Cak Juju, selaku perwakilan Maskop mengatakan bahwa melalui semangat nasionalisme inilah kaum pemuda terus hadir dengan nuansa dan situasi yang berbeda meskipun sudah banyak pergeseran.

“Meskipun banyak pergeseran yang terjadi di tengah kaum muda, namun hal itu tidak serta Merta menjadi sebab untuk kita tidak bangkit dan berjuang dalam rangka melawan ketidak Adilan dan penindasan,” kata Cak Juju dalam rilisnya, Selasa (17/8).

Dari situlah, lanjutnya, Maskop mengajak kaum muda untuk bangkit dan berbicara dalam rangka merawat semangat keberagaman dalam bingkai Binneka Tunggal Ika, bahwa semangat bangsa adalah semangat kesatuan dan bersatu padu dalam berbagai elemen perjuangan.

“Dalam hal ini, perlu adanya keterlibatan kaum muda baik organisasi intra mau pun ekstra untuk terus aktif dan terlibat dalam segala sektor kehidupan bangsa ini,” tutur Cak Juju.

Peringati HUT RI Ke-76, Masyarakat Kopi Yogyakarta Gelar Talk Show

Salah satu pembicara dalam forum tersebut, Ketua GMKI Yogyakarta, Bung Urlik, menegaskan apapun organisasinya, apapun sukunya dan apapun ideologinya maupun agamanya, selama dalam satu misi yang sama, maka disitulah perjuangan harus terus ada.

“Artinya, kondisi zaman yang membawa kita pada individualisme ini harus kita hilangkan dalam misi perjuangan. Sehingga nanti akan tercipta situasi yang homogen didalam berbangsa dan bernegara,” kata Urlik.

Selanjutnya, ketua GMKI Yogyakarta menyebut bahwa usia kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 bukan lah usia yang muda lagi, tentunya banyak persoalan yang selama ini telah dilalui.

“Dan persoalan demi persoalan itu akhirnya membawa bangsa ini pada ruang lingkup kesadaran kritis,” tambahnya.

Namun demikian, tutur Urlik, kesadaran itu terkadang berbenturan dengan sikap pemerintah kita, bahkan cendrung abai terhadap persoalan. Salah satu contohnya adalah pandemi COVID-19.

“Sehingga yang terjadi adalah munculnya ketidak percayaan bangsa kita terhadap pemegang sistem di negeri kita ini. Itulah kemudian yang disebut sebagai kesadaran naif,” terangnya.

Diakhir diskusi, Cak Juju menambahkan, bangsa kita sekarang berada dalam situasi yang abu-abu, karena pemegang sistem di negeri ini seringkali menawarkan janji daripada bukti.