Perempuan Afghanistan Gelar Aksi Protes Tuntut Pembukaan Sekolah Menengah Perempuan
Berita Baru, Internasional – Para perempuan Afghanistan melakukan aksi protes di dekat Kementerian Pendidikan Taliban, di Kabul, pada Sabtu (26/3). Mereka menyerukan pembukaan kembali sekolah menengah perempuan di Afghanistan.
Seperti dilansir dari The Guardian, para pengunjuk rasa meneriakkan, “Pendidikan adalah hak kami – buka pintu sekolah perempuan!.”
Sebelumnya, aksi serupa pernah digelar dan dibubarkan oleh Taliban, namun kali ini protes dibiarkan berlanjut.
Pekan lalu, Taliban memerintahkan penutupan sekolah-sekolah beberapa jam setelah pelajar remaja berdatangan untuk memulai tahun ajaran baru. Tindakan tersebut menuai berbagi kecaman publik secara luas. Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, sekolah dasar perempuan di sebagian besar negara, bersama dengan semua sekolah laki-laki, tetap buka, tetapi anak perempuan yang lebih tua tidak diizinkan untuk bersekolah.
Kementerian Pendidikan Taliban mengatakan sekolah menengah perempuan akan dimulai kembali pada Rabu pekan lalu, tetapi keputusan itu ditolak oleh kepemimpinan pusat Taliban dengan bahwa penutupan berlangsung sampai rencana “komprehensif” dan “Islami” disusun.
Setelah larangan Taliban terhadap pendidikan anak perempuan di atas usia 11 tahun, aktivis hak-hak perempuan Mahbouba Seraj melalui Tolo TV Afghanistan mempertanyakan: “Bagaimana kami sebagai bangsa mempercayai Anda dengan kata-kata Anda lagi? Apa yang harus kami lakukan untuk menyenangkan Anda? Haruskah kita semua mati?”
Sebuah badan amal Afghanistan bernama PenPath, yang mengoperasikan belasan sekolah “rahasia” dengan ribuan sukarelawan, berencana menggelar protes di seluruh negeri menuntut Taliban membatalkan keputusannya, kata Matiullah Wesa, pendiri PenPath.
Di beberapa provinsi, khususnya di Afghanistan utara, pejabat Taliban setempat mengizinkan gadis remaja untuk terus belajar, tetapi tidak sedikit yang menentang gagasan itu.
Pada hari Sabtu (26/3), perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan mengatakan harapannya kepada Taliban untuk memikirkan kembali keputusannya. Thomas West mengatakan kepada Forum Doha: “Saya berharap kita akan melihat pembalikan keputusan ini dalam beberapa hari mendatang.”