Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Suasana penyampaian materi dalam Pendidikan Agroekologi Periode 2 yang diselenggarakan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI). (Dok. SPI)
Suasana penyampaian materi dalam Pendidikan Agroekologi Periode 2 yang diselenggarakan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI). (Foto: Dok. SPI)

Percepatan Pembangunan Kawasan Daulat Pangan, SPI Gelar Pendidikan Agroekologi Periode 2



Berita Baru, Bogor – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) selenggarakan Pendidikan Agroekologi Periode ke-2 selama 30 hari, mulai tanggal 2 Maret-2 April 2022, di Bogor, Jawa Barat. Pendidikan ini bertujuan melahirkan kader-kader petani yang punya kemampuan mempraktikkan pertanian agroekologi demi terwujudnya Kawasan Daulat Pangan (KDP).

“Peserta yang mengikuti berjumlah 14 orang dan merupakan pemuda-pemuda tani yang berasal dari berbagai wilayah. Selama 30 hari, para peserta pendidikan diberikan materi-materi tentang praktek pertanian agroekologi, penguatan ekonomi petani melalui koperasi, dan materi tentang penguatan organisasi,” Kata Ketua Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi (P3A) SPI Qomarun Najmi, dikutip  dari keterangan SPI, Minggu (3/4).

Qomarun Najmi menjelaskan, pertanian agroekologi sebagai suatu cara bertani yang menghargai, menjaga dan melindungi keberlangsungan alam. Suatu praktek pertanian yang memandang alam sebagai suatu kehidupan, dimana semua kebutuhan untuk bertani, bersumber dan dikembangkan dari kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di sekitar kita.

“Agroekologi merupakan suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian. Pelaksanaan pertanian agroekologi bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan,” jelasnya.

Ia menilai, pertanian agroekologi menjadi kebutuhan yang mendesak untuk saat ini dan masa depan pertanian. “Seperti kita ketahui pertanian konvensional telah melahirkan ketergantungan petani terhadap ketersediaan bibit, berbagai macam pupuk kimia dan obat-obatan (pestisida, insektisida dan herbisida) yang diproduksi perusahaan,” urainya.

“Semua-semua kebutuhan mesti beli dan biayanya sangat mahal, padahal di samping kita banyak sekali solusi yang lebih murah, efektif, sehat, dan ramah lingkungan. Karenanya belajar dan menerapkan pertanian agroekologi menjadi solusi dari salah satu masalah sehari-hari petani,” sambung Qomar.

Mempertegas Qomar, Kusnan selaku Ketua Pusat Perbenihan dan sekaligus ketua tim KDP SPI, menjelaskan tujuan utama dari pendidikan ini adalah terbentuknya kawasan-kawasan daulat pangan di setiap basis anggota SPI.

“KDP adalah suatu konsep produksi pangan yang cukup, aman, sehat dan bergizi serta berkelanjutan dengan pemanfaatan semua sumber daya alam kawasan secara agroekologis dan terintegrasi oleh, dari, dan untuk petani. Kawasan Daulat Pangan bertitik tumpuk pada penguatan peran dan kesejahteraan keluarga petani kecil,” jelasnya.

“Jadi, para peserta didik setelah kembali ke wilayah masing-masing diberikan tugas untuk membangun KDP di tempat masing-masing. Mereka-mereka ini juga nantinya akan bertugas melakukan pendidikan pertanian agroekologi, membangun koperasi, dan penguatan SPI kepada petani-petani di sekitarnya,” pungkas Kusnan.